tag:blogger.com,1999:blog-46689633071098550612024-03-13T08:22:36.986-07:00Catatan KuliahQblog ini saya persembahkan untuk semua kalangan masyarakat. semoga dapat bermanfaat. Amin....CATATAN RACHMAhttp://www.blogger.com/profile/09113858948921751442noreply@blogger.comBlogger4125tag:blogger.com,1999:blog-4668963307109855061.post-64609548659523751412011-08-16T02:00:00.000-07:002011-08-16T02:00:53.221-07:00JARINGAN KOLENKIMBAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
A. Jaringan Kolenkim <br />
Kolenkim merupakan jaringan penyokong pada tumbuhan. Secara ontogeny, perkembangan kolenkim mirip prokambium dan tampak pada tahap yang sangat awal dari diferensiasi meristem atau sel isodiametris meristem dasar. Kolenkin terdiri atas sel hidup yang berbentuk agak memanjang dan biasanya berdining tebal. Kolenkim berfungsi sebagai jaringan penyokong pada organ muda yang sedang tumbuh, pada tumbuhan menerna (herbaceous), dan bahkan pada organ dewasa. Kolenkim bersifat plastis sehingga dapat meregang secara irreversible (tidak kambali ke bentuk semula) dengan adanya pertumbuhan organ. Kolenkim dewasa kurang plastis, lebih kuat, tetapi lebih mudah rusak dari pada kolenkim muda. <br />
Pada irisan melintang kolenkim segar, dinding selnya tampak seperti nakre. Dinding kolenkim tumbuhan yang terkena angin lebih tebal. Dinding sel terdiri atas selulosa, sejumlah besar pectin, dan hemiselulosa, tetapi tidak menandung lignin. Senawa pektinnnya bersifat hidrofil sehingga dinding kolenkim banyak mengandung air. Dinding kolenkim yang menebal sekunder dapat menjadi tipis dan kemudian selnya menadi meristematis lagi dan mulai membelah. Hal ini terjadi pada jaringan kolenkim yang membentuk felogen dan noktah primer seringkali terdapat dalam dinding kolenkim.<br />
Kolenkim terdapat dalam batang, daun, bunga, buah, dan akar. Kolenkim berkembang terutama jika mendapat sinar dan apabila tidak terdapat dalam batang dan daun monkotil yang sklerenkimnya berkembang pada umur awal. Kolenkim biasanya dibentuk tepat di bawah epidermis, tetapi dalam hal khusus terdapat satu atau dua lapisan parenkim diantara epidermis dan kolenkim. Apabila kolenkim berada tepat di bawah epidermis, serinkali dinding epidermis juga menebal dengan cara yang sama dengan dinding sel kolenkim. Pada batang, kolenkim terdapat suatu silinder atau berbentuk pita memanjang (membujur). Pada daun, kolenkim terdapat pada satu atau kedua sisi tulang daun dan sepanjang tepi daun. S<br />
Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam, ada yang berbentuk prisma pendek, mirip sel parenkim, atau panjang seperti serabut dengan ujung meruncing. El kolenkim yang terpanjang dijumpai di eaerah untaian kolenkim dan yang terpendek di daerah tepi. Hal ini diterangkan sebagai berikut: untaian kolenkim dibentuk oleh serangkaian sel yang membelah memanjang mulai dari pusat untaian, setelah pembelahan, lalu sel terus memanjang sehingga sel pusat menjadi yang terpanjang karena pertama kali dibentuk dan meningkat sampai pada panjang maksimum.<br />
Dinding sel kolenkim terdiri atas lapisan yang berselang seling, kaya akan selulosa dengan sedikit pectin dan lapisan lain dengan sedikit selulosa dan kaya pectin. Pada bahan segar, air dalam seluruh dinding sel lebih kurang 67%. Roelofsen (1959) menyatakan bahwa di dalam petasites, dinding sel kolenkim berisi 45% pectin, 35% hemiselulosa, dan 20% selulosa. Dinding se kolenkim petasites ini terdiri atas 7 sampai 20 lamela yang bergantian atau berseling antara lamella yang mengandung banyak selulosa dan lamella yang mengandung sedikit selulosa semakin mendekati lumen sel, selulosanya semakin banyak. <br />
Kolenkim dewasa adalah suatu jaringan lentur yang kuat, terdiri atas sel panjang yang tumpang tindih dengan dinding tebal yang tidak berlignin. Kekuatan meregang sel kolenkim sebanding dengan serabut. Pada bagian tumbuhan yang kuat, kolenkim menjadi keras atau dapat berubah menjadi sklerenkim dengan pembentukan dinding sekunder yang berlignin. Pada sebagian tumbuhan dikotil, misalnya tangkai dan batang Medicago sativa, Eryngium maritimum, Viscum album, dan Salvia officinalis, kolenkim berubah menjadi sklerenkim. <br />
B. Tipe-tipe kolenkim<br />
Menurut tipe penebalan dindingnya, kolenkim dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:<br />
1. Kolenkim sudut (angular kolenkim)<br />
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada sudut-sudut sel. Pada penampang melintangnya, penebalan ini tampak terjadi pada tempat bertemunya 3 sel atau lebih. Contohnya pada tangkai Rumex, Fitis, Begonia, Coleus, Cucurbita, Morus, Beta, dan pada batang Solanum tuberosum, dan Atropa belladonna.<br />
2. Kolenkim lamella (lamellar kolenkim)<br />
Penealan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding tangensial sel. Kolenkim lamella terdapat pada korteks batang Sambucus nigra, Rhamnus, dan tangkai Cochlearia armoracia. <br />
<br />
3. Kolenkim lacuna (Lacunar kolenkim) <br />
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding-dinding yang berbatasan dengan ruang antar sel. Kolenkim lacuna tardapat pada tangkai beberapa species Compositae, misalnya Salvia, Malva, Athaea, dan Asclepias.<br />
4. Kolenkim cincin (anular kolenkim)<br />
Istilah kolenkim cincin diberikan oleh Duchaigne (1955) untuk tipe kolenkim yang lumen selnya pada penampang melintang tampak melingkar. Muller (1890) menyebutnya knorpel-colenchyma bahwa pengamatan terhadap kolenkim dewasa tampak adanya penebalan dinding sel secara terus-menerus sehingga lumen sel akan kehilangan bentuk selnya. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
CATATAN RACHMAhttp://www.blogger.com/profile/09113858948921751442noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4668963307109855061.post-35871742699935816722011-04-09T04:45:00.001-07:002011-04-09T04:45:18.296-07:00BRYOPHYTABRYOPHYTA( TUMBUHAN LUMUT ) <br />
I. PENDAHULUAN<br />
1.1 Latar belakang<br />
Lumut merupakan tumbuhan kecil, lembut yang apakah secara khas tinggi 1-10 cm (0.4-4 inchi), meskipun beberapa jenis adalah banyak lebih besar. Mereka biasanya tumbuh berdekatan bersama-sama di dalam keset / dasar, perdu atau di tempat rindang. Mereka tidak mempunyai bunga atau biji, dan daun-daun yang sederhananya menutupi batang liat yang tipis. Pada lumut tertentu menghasilkan capsule spora yang nampak seperti paruh yang dilahirkan pada tangkai tipis. Ada kira-kira 10,000 jenis lumut digolongkan pada Bryophyta. Divisi Bryophyta dahulu mencakup tidak hanya lumut, tetapi juga liverworts dan hornworts. Sekarang ini lain, dua kelompok Bryophyta adalah ditempatkan dalam divisi tersendiri.Tumbuhan Bryophyta merupakan tumbuhan yang paling primitive yang tidak memiliki akar sesungguhnya, batang, atau tangkai. Mereka sejak lima ratus juta tahun.Bryophyta merupakan tumbuhan kecil, herbaceous yang tumbuh tertutup, selalu berkumpul menjadi alas bebatuan, tanah, ataupun menjadi epifit pada batang dan cabang tanaman. Bryophyta terbagi dalam 3 golongan yaitu:<br />
1. Lumut Hati (Hepaticophyta)<br />
Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan tanah, pohon atau tebing. Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Contohnya: Ricciocarpus, Marchantia dan lunularia. <br />
Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Didalam spongaria terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka , sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Contoh lumut hati adalah Marchantia polymorpha dan porella<br />
2. Lumut Daun<br />
Lumut daun juga disebut lumut sejati. Bentuk tubuhnya berupa tumbuhan kecil dengan bagian seperti akar (rizoid), batang dan daun. Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang-cabang batang. Kuncup akan membentuk lumut baru. Contoh: Spagnum fibriatum, Spagnum squarosum. <br />
Lumut daun banyak terdapat ditempat – tempat yang lembab, mempunyai struktur seperti akar yang disebut rizoid dan struktur seperti daun. <br />
Siklus hidup lumut mengalami pergantian antara generasi haploid dengan diploid. <br />
Sporofit pada umumnya lebih kecil , berumur pendek dan hidup tergantung pada gametofit. Contoh lumut ini antara lain: polytricum juniperinum, furaria, pogonatum cirratum, Aerobrysis longissima, dan lumut gambut sphagnum. <br />
3. Lumut Tanduk<br />
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati. Contohnya Anthocerros sp. <br />
Mempunyai gametofit lumut hati; perbedaannya adalah terletak pada sporofit lumut ini mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit, masing – masing mempunyai kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan tumbuhan lumut.Contoh lumut tanduk adalah anthoceros laevis. <br />
Tumbuhan lumut termasuk golongan tumbuhan tingkat rendah yang filogenetiknya lebih tinggi dari pada golongan algae karena dalam susunan tubuhnya sudah ada penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup di darat, gametangium dan sporangiumnya multiseluler, dan dalam perkembangan sporofitnya sudah membentuk embrio. Meskipun tumbuhan lumut hidup di darat tetapi untuk terjadinya pembuahan masih tetap memerlukan air, hingga tumbuhan lumut disebut sebagai tumbuhan amfibi. Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum, “lumut”).Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: “serupa akar”). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis.<br />
II. PEMBAHASAN<br />
1.1 Pengertian Lumut<br />
Secara ilmu tumbuhan, lumut termasuk Bryophyta, atau tumbuhan non vaskuler. Mereka dapat dibedakan dari yang serupa liverworts ( Marchantiophyta atau Hepaticae) dengan multi-cellular mereka rhizoids. Lain perbedaan bukanlah universal untuk semua lumut dan semua liverworts, yang membedakan “batang” dan “daun-daun”, ketiadaan daun-daun yang terbagi-bagi atau berlekuk, dan ketidakhadiran daun-daun diatur dalam tiga golongan, semua menunjuk tumbuhan lumut. Sebagai tambahan terhadap kekurangan suatu sistem vaskuler, lumut mempunyai gametophyte-dominant siklus hidup, yaitu. sel haploid untuk kebanyakan siklus hidupnya. Sporophytes (diploid) berumur pendek dan dependent pada atas gametophyte. Ini adalah berlawanan dengan pola aturan yang diperlihatkan oleh kebanyakan “tumbuhan tingkat tinggi”. Di dalam tumbuhan vaskuler, sebagai contoh, haploid generasi diwakili oleh pollen dan ovule, sedang diploid generasi adalah tumbuhan berbunga yang umum dikenal.<br />
Ciri-ciri lumut:<br />
• Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifit. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifit maka hutan demikian disebut hutan lumut.<br />
• Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan floem). Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia (alat-alat kelamin) yaitu: Alat kelamin jantan disebut Anteridium yang menghasilkan Spermatozoid. Alat kelamin betina disebut Arkegonium yang menghasilkan Ovum<br />
• Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu (Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua (Dioesius). Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur. <br />
• Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian bagian :- Vaginula (kaki) - Seta (tangkai) - Apofisis (ujung seta yang melebar) - Kotak Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela (jaringan dalam kotak spora yang tidak ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.<br />
1.2 Klasifikasi<br />
Klasifikasi lumut hati<br />
Regnum : Plantae<br />
Division : Hepaticophyta<br />
Class : Hepaticosida<br />
Ordo : Hepaticoccales<br />
Family : Hepaticoceae<br />
Genus : Hepaticopsida<br />
Species : Hepaticiopsida sp<br />
Klasifikasi lumut Daun<br />
Regnum : Plantae<br />
Division : Bryophyta<br />
Class : Bryopsida<br />
Ordo : Bryopceales<br />
Family : Bryopceae<br />
Genus : Bryopsida<br />
Species : Bryopsida sp<br />
1.3 Siklus Hidup<br />
Kebanyakan dari tanaman memiliki dua bagian kromosom di sel-selnya (diploid, beberapa kromosom hidup dengan sebuah pasangan yang mengandung informasi genetik yang sama). Sedang lumut (dan Bryophyta lain) hanya memiliki satu set kromosom (haploid, beebrapa kromosom hidup dalam sebuah salinan sel yang unik). Periode siklus hidup lumut secara lengkap, merusak kromosom, tetapi hal ini hanya pada sporofit.<br />
1.4 Ciri Siklus Hidup Lumut (Polytricum commune)<br />
Lumut hidup diawali dari sebuah spora haploid, yang bertunas untuk memproduksi sebuah protonema, yang menumpuk filamen atau thalloid (flat dan thallus like). Ini merupakan tingkatan sementara dalam hidup lumut. Dari protonema tumbuh gametophore yang dideferensiasi menjadi tangkai dan akar/ leaves (mikrofil). Dari keterangan dari tangkai atau cabang develop organ sex lumut. Organ betina disebut archegonia (archegonium) dan terlindungi oleh kumpulan tangkai yang termodifikasi yang disebut perichaetum (plural, perichaeta). Archegonia memiliki leher disebut venters dimana sperma jantan turun. Organ jantan disebut antheridia (singular antheredium) dan tertutup oleh modifikasi tangkai disebut perigonium (plural, perigonia).Lumut bisa menjadi dioicous atau monoicous. Pada lumut dioicous, kedua organ sex, jantan dan betina terlahir pada gametofit tanaman. Pada monoicous (juga disebut autoicous) lumut, mereka terlahir pada tanaman yang sama. Pada pengairan, sperma dari antheridia berjalan ke archegonia dan terjadi fertilisasi, mengawali produksi sporofit diploid. Sperma lumut adalah biflagellate, mereka memiliki dua flagella yang membantu sebagai daya pendorong. Tanpa air, fertilisasi tidak dapat terjadi. Setelah fertilisasi, sporofit mandul didorong keluar dari archegonial venter. Ini membutuhkan kira-kira seperempat sampai setengah tahun untuk sporofit untuk matang. Badan sporofit terdiri dari gagang panjang, disebut seta, dan capsule disebut operculum. Capsule dan operculum terlapisi oleh calyptra yang merupakan sisa archegonial venter. Calyptra biasanya mengecil / berkurang ketika capsule matang. Withing the capsule, sel-sel pereproduksi spora mengalami meiosis untuk membentuk spora haploid, dimana siklus dapat berjalan lagi. Mulut capsule biasanya dikelilingi oleh set gigi disebut peristome. Ini mungkin tidak terjadi pada beberapa lumut.Pada beberapa lumut, struktur vegetatif hijau disebut gemmae yang diproduksi pada tangkai atau cabang, yang bisa merusak dan membentuk kembali tanaman tanpa perlu melalui fertilisasi. Ini disebut dengan reproduksi asexual. <br />
1.5 Perkembangan<br />
Perkembangan lumut secara singkat berlangsung sebagai berikut : spora yang kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang pada lumut dinamakan protonema. Protonema pada lumut ada yang menjadi besar, adapula yang tetap kecil. Pada protoneme ini terdapat kuncup-kuncup yang tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan lumutnya. Tubuh tumbuhan lumut berupa tallus seperti lembaran-lembaran daun (hepaticae), atau telah mempunyai habitus seperti pohon kecil dengan batang dan daun-daunnya (pada musci), tetapi padanya belum terdapat akar yang sesungguhnya, melainkan hanya rizoid-rizoid yang berbentuk benang-benang atau kadang-kadang memang telah menyerupai akar. Pada tumbuhan inilah dibentuk gametangium.Setelah sel telur dibuahi oleh spermatozoid yang bentuknya seperti spiral atau alat pembuka gabus tutup botol dengan dua bulu cambuk itu, maka zigot tidak memerlukan waktu istirahat dulu tetapi terus berkembang menjdi embrio yang diploid.Bagian bawah embrio dinamakan kakinya. Kaki masuk ke jaringan lumut yang lebih dalam dan berfungsi sebagai alat penghisap (haustorium). Embrio itu lalu tumbuh merupakan suatu badan yang bulat atau jorong dengan tangkai pendek atau panjang dan seperti telah telah disebut di atas disebut sporogonium. Di dalam bagian yang bulat itu dibentuk spora, oleh sebab itu bagian tersebut juga disebut capsule spora. Capsule spora juga dianggap sinonim dengan sporogonium karena leher arkegonium amat sempit, maka sporogonium tidak dapat menembusnya dan bekas dinding arkegonium ikut terangkat dan merupakan tudung capsule spora. Mengingat bentuknya seperti tudung akar, pada ujung akar dan mungkin juga mempunyai fungsi yang sama sebagai pelindung, maka bekas dinding arkegonium itu juga dinamakan kaliptra. Jaringan dalam capsule spora dinamakan arkespora. Arkespora membentuk sel induk spora, dan dari satu sel induk spora dengan pembelahan reduksi terjadilah 4 spora yang berkelompok merupakan tetrade. Seringkali pada pembentukan spora itu ditentukan pula jenis kelaminnya. Dari spora itu, bergantung pada macam sporanya, akan utmbuh lumut yang berumah satu atau berumah dua. Spora itu membulat sebelum terpisah-pidah dan terlepas dari capsule spora. <br />
1.6 Pergiliran Keturunan Tumbuhan Lumut <br />
Tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan dalam daur hidupnya. Apa yang dikenal orang sebagai tumbuhan lumut merupakan tahap gametofit (tumbuhan penghasil gamet) yang haploid (x = n). Dengan demikian, terdapat tumbuhan lumut jantan dan betina karena satu tumbuhan tidak dapat menghasilkan dua sel kelamin sekaligus.Sel-sel kelamin jantan (sel sperma) dihasilkan dari anteridium dan sel-sel kelamin betina (sel telur atau ovum) terletak di dalam arkegonium. Kedua organ penghasil sel kelamin ini terletak di bagian puncak dari tumbuhan. Anteridium yang masak akan melepas sel-sel sperma. Sel-sel sperma berenang (pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan basah) menuju arkegonium untuk membuahi ovum.Ovum yang terbuahi akan tumbuh menjadi sporofit yang tidak mandiri karena hidupnya disokong oleh gametofit. Sporofit ini diploid (x = 2n) dan berusia pendek (3-6 bulan untuk mencapai tahap kemasakan). Sporofit akan membentuk kapsula yang disebut sporogonium pada bagian ujung. Sporogonium berisi spora haploid yang dibentuk melalui meiosis. Sporogonium masak akan melepaskan spora. Spora tumbuh menjadi suatu berkas-berkas yang disebut protonema. Berkas-berkas ini tumbuh meluas dan pada tahap tertentu akan menumbuhkan gametofit baru. <br />
2.1 Macam-Macam Lumut<br />
Lumut Hati (Hepaticopsida)<br />
<br />
Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan tanah, pohon atau tebing. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut hati beranggota lebih dari 6000 spesies.Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Contohnya: Ricciocarpus, Marchantia dan lunularia<br />
Ciri-ciri<br />
1. tubuhnya masih berupa talus dan mempunyai rhizoid<br />
2. gametofitnya membentuk anteredium dan arkegonium yg berbntk spt payung.<br />
3. sporofit perumbuhannnya terbatas krn tdk mempunyai jaringan meristematik<br />
4. berkembang biak scr generatif dgn oogami, dan scr vegetatif dgn fragmentasi, tunas, dan kuncup eram<br />
5. habitatnya ditempat lembab<br />
Susunan Tubuh<br />
Berdasarkan bentuk talusnya lumut dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:<br />
1). Lumut hati bertalus<br />
2). Lumut hati berdaun<br />
Menyerupai talus (dorsiventral), bagian atas dorsal berbeda dengan bagian bawah ventral. Daun bila ada tampak rusak dan tersusun pada tiga deret pada batang sumbu. Alat kelamin terletak pada bagian dorsal talus pada /pada jenis terletak pada bagian terminal, sporogonium sederhana tersusun atas bagian kaki dan kapsul atau kaki tangkai dan kapsul. Mekanisme merakahnya kapsul tidak menentu dan tidak teratur.<br />
Seperti pita bercabang menggarpu dan menyerupai rusuk ditengah mempunyai rizoid. Pada rusuk tengah, terdapat badan seperti piala dengan tepi yang bergigi, yang disebut piala eram atau keranjang eram kepala atau mangkok. Kemudian puncup-puncup eram atau tunas yang disebut gema mudah terlepas oleh air hujan<br />
Protonema lumut hati umumnya hanya berkembang menjadi suatu bulu yang pendek. Sebagian besr lumut hati mempunyai sel-sel yang mengandung minyak, minyak itu terdapat dalam bentuk yang spesifik kumpulan tetes-tetes minyak aksiri dalam bentuk demikian. Minyak tadi tidak pernah ditemukan pada tumbuhan lain.<br />
Perkembang biakan<br />
Secara aseksual, menggunakan spora dan tunas, secara seksual, ex: Maechantia. Anteridium terpancang pada permukaaan atas, bentuknya seperti cakram. Dasar bunga betina agak melebar dan membentuk paying, dengan cuping berbentuk jari, umumnya berjumlah 9. Arkegonium tumbuh pada alur-alur diantara cuping-cuping dengan leher menekuk ke bawah. Anteridium merekah mengeluarkan sperma menuju ke arkegonium. Generasi sporofit dari telur yang sudah dibuahi (zigot). Zigot membelah membentuk embrio (bentuk bola), bagian pangkal dari embrio membentuk kaki masuk kejaringan reseptakel. Bagian terbesar dari janin membentuk kapsulyang dipisahkan dari bagian kaki zona yang terdiri dari sel-sel yang disebut tangkai. Kapsul berisi sel induk spora yang berkelompok (elater) yaitu benang-benang memanjang dengan dinding bagian dalam terpilin. Setelah miosis terbentuklah tetraspora, tangkainya yang memanjang arkegonium yang melebar jadi pecah dan kapsul jadi terdorong ke bawah. Kapsul lalu mongering dan terbuka memancarkan spora, lepasnya spora dari kapsul dibantu dengan adanya elater yang sifatnya higroskopik. Akibat mengeringnya kapsul elater menggulung, menjadi kering dan mengadakan gerakan sentakan yang melempar spora ke udara<br />
Lumut Daun ( Bryopsida sp)<br />
Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah-tanah gundul yang periodic mengalami masa kekeringan, bahkan di atas pasir yang bergerak pun dapat tumbuh. Selanjutnya lumut-lumut itu dapat kita jumpai di antara rumput-rumput, di atas batu-batu cadas, pada batang dan cabang-cabang pohon, di rawa-rawa tetapi jarang di air. Bryopsida merupakan class lumut terbesar, terdiri 95% dari seluruh spesies lumut, kira-kira 9.500 spesies.Kelompok ini terkenal dengan memilikinya spore capsules dengan gigi yaitu Arthrodontous; yang terpisah dari lainnya dan tergabung di dasar dimana mereka mengikat untuk membuka capsule. Gigi ini mengemuka saat penutup operculum jatuh. Pada kelompok lumut lain, capsule adalah nematodontous dengan operculum terikat, atau lainnya membuka tanpa operculum atau gigi. <br />
Susunan Tubuh<br />
Lumut daun pada substrat dengan menggunakan rizoid yang multiseluler yang dapat bercabang-cabang. Mempunyai daun yang berusuk dan tersusun dalam 3-8 deret pada sumbunya. Sumbu (batang) pada lumut daun biasanya menunjukkan deferensiasi menjadi epidermis, korteks, dan silinder pusat.<br />
Perkembang Biakan<br />
Alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau pada ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun yang letaknya paling atas. Daun-daun itu kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus dan seperti pada jungermaniales juga dinamakan Periantum.<br />
Alat-alat kelamin itu dikatakan bersifat banci atau berumah satu, jika dalam kelompok itu terdapat kumpulan arkegonium dan anteridium terpisah tempatnya. Diantara alat-alat kelamin dalam kelompok itu biasanya terdapat sejumlah rambut-rambut yang terdiri dari banyak sel dan dapat mengeluarkan suatu cairan. Seperti pada tubuh buah fungi rambut-rambut steril itu dinamakan Parafisis.<br />
Bryopsida<br />
1. Bryopsida adalah kelas yang terbesar di antara anggota Bryophyta lainnya dan paling tinggi tingkat perkembangannya karena baik gametofit maupun sporofitnya sudah mempunyai bagian-bagian yang lebih kompleks. <br />
2. Gametofit dari lumut daun umumnya dibedakan dalam 2 tingkatan yaitu protonema yang terdiri dari benang bercabang-cabang, dan gametafora yang berbatang dan berdaun. <br />
3. Sporogonium dari lumut daun terdiri atas bagian kaki, seta dan kapsul. Selanjutnya bagian kapsul mempunyai bagian-bagian yang dinamakan apofise, kotak spora atau teka, dan tutup atau operkulum. 4. Kebanyakan ahli bryologi membagi Bryopsida menjadi 3 anak kelas yaitu Sphagnidae, Andreaeidae, dan Bryidae. Perbedaan dari ketiga anak kelas tersebut terutama terletak pada struktur anatomi sporogoniumnya. <br />
5. Anak kelas Sphagnidae mempunyai ciri-ciri antara lain: protonema berbentuk daun kecil yang terdiri dari satu lapis sel, gametafora pada ujungnya membentuk cabang-cabang sebagai roset yang menyerupai jambul dan tidak mempunyai rizoid. Sporofit didukung oleh perpanjangan ujung batang yang namanya pseudopodium. <br />
6. Andreaeidae mempunyai persamaan dengan Sphagnidae dalam hal sporofitnya yang didukung oleh pseudopodium, tetapi berbeda dalam hal cara membukanya kapsul spora yaitu dengan membentuk 4 katup. <br />
7. Anggota Bryidae yang tergolong Stegocarpi mempunyai peristoma pada kapsul sporanya, didasarkan atas sifat dari peristomanya Bryidae dibedakan menjadi 2 golongan yaitu Nematodonteae dan Arthrodonteae. <br />
8. Peristoma adalah gigi-gigi atau rambut-rambut yang mengelilingi stoma pada kapsul spora-spora yang dapat mengadakan gerakan higroskopis, yaitu apabila spora-spora sudah masak peristoma bergerak membuka ke arah luar hingga spora dapat keluar. <br />
9. Dalam klasifikasi lumut daun, bentuk kapsul, jumlah gigi peristom, bentuk operkulum maupun kaliptra dapat dijadikan dasar penggolongan yang penting. <br />
10. Protonema sekunder ialah protonema yang tidak berasal dari perkecambahan spora, biasanya berupa benang-benang hijau seperti ganggang. Melalui tunas-tunas yang timbul dari prononema sekunder dapat terbentuk individu yang lebih banyak. <br />
Lumut Tanduk (Anthoceratopsida)<br />
<br />
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati. Contohnya Anthocerros sp.<br />
Ciri-ciri<br />
1. tubuhnya mirip lumut hati, ttpi berbeda pd sporofitnya<br />
2. berdasarkan analisis asam nukleat, ternyata lumut ini berkerabatan plg dekat dgn tumbuhan berpembuluh dibanding dari kelas lain pada tumbuhan lumut<br />
3. gametofitnya berupa talus yg lebar dan tipis dgn tepi yg berlekuk<br />
4. rhizoid berada pada bagian ventral<br />
5. habitatnya didaerah yg mempunyai kelembaban tinggi <br />
cthnya : Anthoceros leavis<br />
Tempat Hidup<br />
Dijumpai ditepi-tepi sungai atau danau dan seringkali disepanjang selokan, dan ditepi jalan yang basah atau lembab.<br />
Susunan tubuh<br />
Tubuh utama berupa gametofit yang mempunyai talus berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara-perantara rizoid-rizoid susunan talus masih sederhana, sel-selnya hanya mempunyai suatu kloroplas dengan satu pirunoid besar. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup berbentuk ginjal.<br />
Sporofit umumnya berupa kapsul yang berbentuk silender dengan panjang antara 5-6 cm. pangkal sporofitnya dibungkus dengan selubung dari jaringan gametofit.<br />
Alat perkembangbiakan<br />
Secara seksual, dengan membentuk anteridium dan arkhegonium. Anteridium terkumpul pada suatu lekukan sisi atas talus arkegonium juga terkumpul pada suatu lekukan pada sisi atas talus. Zigot mula-mula membelah menjadi dua sel dengan suatu dinding pisah melintang. Sel diatas terus membelah yang merupakan sporogenium diikuti oleh sel bagian bawah yang membelah terus-menerus membentuk kaki ang berfungsi sebagai alat penghisap, bila sporogenium masak makan akana pecah seperti buah plongan s, menghasilakan jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumila inin diselubungi oleh sel jaringan yang akemudian menghasilkan spora, yang disebut arkespora.<br />
Peran Tumbuhan Lumut Dalam Ekosistem<br />
Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutanLumut ditemukan terutama di area sedikit cahaya / ringan dan lembab. Lumut umum di area berpohon-pohon dan di tepi arus. Lumut juga ditemukan di batu, jalan di kota besar. Beberapa bentuk mempunyai menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi ditemukannya. Beberapa jenis dengan air, seperti Fontinalis antipyretica, dan Sphagnum tinggal / menghuni rawa. Seperti itu, lumut semi-aquatic melebihi cakupan panjangnya normal di lumut terestrial. Di mana saja mereka terjadi, lumut memerlukan kelembaban untuk survive. Oleh karena tipis dan ukuran jaringan yang kecil, ketiadaan kulit jangat (mencakup dari lilin untuk mencegah kekurangan air), dan kebutuhan akan air cairan untuk menyudahi fertilisasi. Beberapa lumut dapat survive dengan kekeringan, kembali hidup di dalam beberapa jam hidrasi.Di garis lintang utara, sisi batu karang dan pohon yang utara akan biasanya mempunyai lebih banyak lumut dibanding seberang. Ini diasumsikan untuk menjadi sisi pohon yang yang sun-facing. Di hutan dalam di mana cahaya matahari tidak menembus, lumut tumbuh subur sama pada saat pada batang pohon. <br />
2.2 Manfaat Bryophyta<br />
Ada suatu market substansiil yang mengumpulkan lumut dari yang liar. Penggunaan lumut tetap utuh terutama di florist trade dan untuk dekorasi rumah. Lumut jenis Sphagnum juga komponen utama bahan bakar, yang mana ditambang untuk penggunaan sebagai bahan bakar, sebagai aditip lahan perkebunan, dan jelai bertunas dikeringkan pada pemroduksian Scotch Whisky.Sphagnum, biasanya jenis cristatum dan subnitens, dipanen selagi masih bertumbuh dan dikeringkan digunakan di kamar anak anak dan hortikultura sebagai medium pertumbuhan. Praktek tanah Pada Perang dunia II, Sphagnum digunakan sebagai PPPK yang dipakaian pada luka prajurit, lumut ini adalah sangat menyerap dan mempunyai kekayaan antibacterial. Beberapa awal orang-orang menggunakannya sebagai diaper dalam kaitan dengan absorbency.Di United Kingdom, Fontinalis antipyretica biasa digunakan untuk memadamkan api seperti ditemukan di sejumlah substansiil di sungai yang slow-moving dan lumut menahan volume air yang besar membantu memadamkan nyala api tersebut. Di Finlandia, Peat mosses sebagai bahan bakar lumut telah digunakan untuk membuat roti selama kelaparan. Di Mexico, lumut digunakan pada Dekorasi Natal <br />
2.3 Penyesuaian Bryophyta Dan Masalah Hidup Di Darat<br />
Bryophyta tidak sesuai sepenuhnya terhadap kehidupan di daratan. Bryophyta bergantung kepada air untuk hidup. Zigot dan embrio dilindungi daripada pengeringan dengan terus menetap di dalam arkegonium. Sperma harus berenang dalam kelembapan luaran untuk sampai ke telur,oleh sebab itu Bryophyta hanya terdapat di tempat yang lembap. Bryophyta tidak mempunyai tisu vaskular , oleh itu struktur jasadnya tumbuh rendah daripada tanah untuk mengatasi masalah pengangkutan air. Genussi gametofit lebih terubahsuai untuk hidup di habitat daratan kerana sporofit bergantung kepada Genussi gametofit untuk mendapatkan bekalan makanan dan perlindungan.<br />
III. PENUTUP<br />
1. Kesimpulan<br />
1. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan kecil yang termasuk division Bryophyta.<br />
2. Mempunyai sel-sel plastida yang mengandung klorofil a dan b.<br />
3. Kebanyakan hidup di darat, dan sel-selnya telah mempunyai dinding yang terdiri dari selulosa.<br />
4. Susunan tubuh sebenarnya merupakan gametofit. Pada bentuk primitif tumbuhan lumut helaian berupa thalus (Marchantia, Riccia, Anthoceros).<br />
5. Ada dua macam perkembang biakan yaitu: reproduksi vegetatif dan reproduksi generatif.<br />
6. Tempat hidup lumut hati pada tempat-tempat yang basah untuk struktur tubuh higmorf dan pada tempat-tempat yang kering untuk struktur tubuh yang xemorf (alat penyimpanan air)<br />
7. Cara hidup lumut hati, sebagai epifit umumnya menempel pada daun-daun pepohonan dalam rimba di daerah tropika.<br />
8. Susunan tubuh lumut hati berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati dibagi menjadi dua kelompok yaitu, lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun<br />
9. Perkembang biakan lumut hati ada dua yaitu secara aseksual menggunakan spora dan tunas, secara seksual contoh Marchantia, dan anteridium terpancang pada permukaan atas, bentuknya seperti cakram.<br />
10. Pada lumut daun, tempat hidupnya tumbuh di tempat agak terbuka.<br />
11. Susunan tubuh lumut daun melekat pada substrat dengan menggunakan rizoid yang multiseluler bercabang-cabang.\<br />
12. Perkembangbiakan lumut daun ada dua yaitu berumah satu jika dalam kelompok itu terdapat arkegonium maupun anteridium dan berumah dua jika kumpulan arkegonium dan anteridium terpisah.<br />
13. Dijumpai ditepi-tepi sungai atau danau dan seringkali disepanjang selokan, dan ditepi jalan yang basah atau lembab.<br />
14. Tubuh utama berupa gametofit yang mempunyai talus berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara-perantara rizoid-rizoid susunan talus masih sederhana, sel-selnya hanya mempunyai suatu kloroplas dengan satu pirunoid besar.<br />
15. Secara seksual, dengan membentuk anteridium dan arkhegonium.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Anonymous.2009. http://en.wikipedia.org/wiki/Image:Mossopolis.jpg Koloni lumut tebal / padat di hutan yang dingin. Diakses tanggal 13 januari 2009. <br />
Anonymous.2009.http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_lumut. Diakses Tanggal 13 januari 2009<br />
Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press<br />
Related Posts<br />
<br />
<br />
DIVISI CHLOROPHYTA<br />
<br />
<br />
makalah jamur<br />
<br />
<br />
Rhodophyta<br />
<br />
<br />
DIVISI PYRROPHYTA<br />
<br />
<br />
DIVISI CHRYSOPHYTA<br />
<br />
Ditulis Oleh: EKA SAPRI ALVYANTO <br />
metagenesis pada tumbuhan lumut<br />
http://www.google.co.id/imglanding?q=gambar+tumbuhan+lumut&u<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BRYOPHYTA / TUMBUHAN LUMUT<br />
Kingdom plantae meliputi organisme multiseluler yang telah terdiferensiasi, eukariotik dan sel<br />
– selnya memiliki dinding sel selulosa. Hampir seluruh anggota plantae sel – selnya mempunyai<br />
klorofil sehingga bersifat autotrof atau dapat menyusun makanan sendiri. Yang termasuk plantae<br />
adalah lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji.<br />
Adapun penjelasan dari berbagai kelompok tumbuhan/plantae sebagai berikut :<br />
Termasuk divisi bryophyte, berasal dari bahasa yunani yang berarti “tumbuhan lumut “, pada<br />
umumnya lumut berwarna hijau, karena mempunyai sel – sel dengan plastid yang menghasilkan<br />
klorofil a dan b, dengan demikian lumut bersifat autotrof. Tubuh lumut dapat dibedakan antara sporofit<br />
dan gametofitnya.<br />
<br />
<br />
Gambar 9. Tumbuhan lumut dengan sporofit muda dan bagian-bagian lumut<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
1. Ciri – Ciri Tubuh<br />
a. Sel – sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.<br />
b. Pada semua tumbuhan yang tergolong lumut terdapat persamaan bentuk susunan<br />
gametangiumnya (anteredium maupun arkegonium) terutama susunan arkegoniumnya,<br />
mempunyai susunan yang khas yang sering kita jumpai pada tumbuhan paku (pteridophyta).<br />
c. Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan yang berbeda – beda, jika<br />
batangnya dilihat secara melintang tampak bagian – bagian sebagai berikut:<br />
1. Selapis sel kulit, beberapa sel diantaranya memanjang membentuk rizoid – rizoid epidermis.<br />
2. Lapisan kulit dalam yang tersusun atas beberapa lapisan sel dinamakan korteks.<br />
3. Silinder pusat terdiri dari sel – sel parenkimatik yang memanjang dan berguna untuk<br />
mengangkut air dan garam – garam mineral (makanan).<br />
Jadi pada tumbuhan lumut belum terdapat floem maupun xylem.<br />
d. Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu lapis sel. Sel<br />
–se l daun kecil , sempit panjang dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala.<br />
e. Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan<br />
membesar.<br />
f. Rizoid tampak seperti rambut / benang – benang , berfungsi sebagai akar untuk melekat pada<br />
tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam –garam mineral (makanan).<br />
g. Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri atas:<br />
1. Vaginula , kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium.<br />
2. Seta atau tangki<br />
3. Apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta dan<br />
kotak spora<br />
4. Kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak<br />
spora.<br />
5. Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora.<br />
<br />
Gambar 10. Struktur sporofit (sporogonium)<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
2. Reproduksi<br />
Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya, reproduksi aseksualnya<br />
dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan reproduksi seksualnya dengan<br />
membentuk gamet – gamet, baik gamet jantan maupun gamet betina yang dibentuk dalam gametofit.<br />
Ada 2 macam gametangium , yaitu sebagai berikut:<br />
1. Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol dengan bagian lebar<br />
yang disebut perut, bagian yang sempit disebut leher.<br />
2. Anteredium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat seperti gada. Dinding<br />
anteredium terdiri dari selapis sel sel yang mandul dan didalamnya terdapat sejumlah sel<br />
induk spermatozoid.<br />
Reproduksi aseksual dan seksual berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran keturunan<br />
yang disebut metagenesis.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
lumut<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Paku…………..<br />
<br />
<br />
Karakteristik dan Ciri-ciri :<br />
• Fotosintesis, multiseluler dan eukariotik<br />
• Tak memiliki akar, batang dan daun sejati (talus)<br />
• Tak memiliki pembuluh angkut (xilem dan floem)<br />
• Mengalami pergiliran keturunan (dari gametofit – sporofit)<br />
• Reproduksi seksual dan aseksual (spora)<br />
• Pengangkutan Air, melalui peristiwa Osmosis : Pergerakan air dari konsentrasi tinggi ke konsenterasi rendah melewati membran semi permeabel.<br />
• Pengangkutan mineral, melalui difusi : Pergerakan zat terlarut (mineral & ion) dari konsentrasi tinggi ke konsenterasi rendah.<br />
Pergiliran keturunan<br />
<br />
Klasifikasi<br />
Terdiri dari 3 klas yaitu :<br />
1. kelas Hepaticopsida (Hepaticae)<br />
2. kelas Anthocerotopsida (Anthocerotae)<br />
3. kelas Bryopsida (Musci)<br />
HEPATICOPSIDA<br />
Hepaticopsida berasal dari kata “ Hepatica” artinya Hati maka dikenal dengan nama lumut hati.<br />
Ciri – ciri Kelompok Hepaticopsida<br />
• Gametofit berwarna hijau, pipih, dorsiventral, struktur talus sederhana atau terdifrensiasi atas batang dan daun-daun, menempel pada tanah dengan menggunakan rizoid<br />
• Sporofit tidak mempunyai sel yang mengandung kloroplas dan didalamnya tidak ada kolumella<br />
• Spora yang berkecambah tidak melalui pembentukan protonema<br />
Perkembangbiakan aseksual<br />
• fragmentasi<br />
• pembentukan kuncup (Gemma) contoh pada Marchantia, Lunularia dan Blasia<br />
• Pembentukan tunas cabang contoh Riccia fluitan, Targionia dan Reboulia<br />
• Pembentukan umbi (tuber) contohnya Petalophyllum, Anthoceros<br />
• Penebalan ujung talus contohnya Anthalamia, <br />
KLASIFIKASI<br />
Ordo Marchantiales<br />
Ciri –ciri :<br />
• Gametofit berupa talus sederhana<br />
• Struktur anatomi talus memperlihatkan difrensiasi jaringan, ada ruang uadara dan poros<br />
• Gametangium letaknya tenggelam didalam talus, arkegonium mempunyai 6 sel saluran leher<br />
• Sporofit terdiri dari kapsul saja atau terdiri dari kaki, seta dan kapsul<br />
Ordo Marchantiales terdiri 6 famili yaitu<br />
• Famili Ricciaceae contohnya Riccia fluitan<br />
• Famili Corsiania contohnya Corsinia<br />
• Famili Targoniaceae contohnya Targonia<br />
• Famili Marchantiaceae contohnya Marchantia<br />
• Famili Monocleaceae contohnya Monoclea<br />
• Famili Monocarpaceae contohnya Monocarpa <br />
Ordo Spaerocarpales<br />
Ciri-ciri :<br />
• Gametofit berupa talus sederhana<br />
• Struktur anatomi talus tidak memperlihatkan difrensiasi jaringan, tidak ada ruang udara dan poros<br />
• Gametangium diselubungi involukrum, arkegonium mempunyai 6 sel saluran leher<br />
• Sporofit terdiri dari kaki, seta dan kapsul<br />
Contohnya Spaerocarpa <br />
Ordo Jungermanniales<br />
Ciri-ciri :<br />
• Gametofit berupa talus sederhana<br />
• Arkegonium diselubungi involukrum dan mempunyai 5 sel saluran leher<br />
• Sporofit terdiri dari kapsul saja atau terdiri dari kaki, seta dan kapsul <br />
Subordo Metzgerineae atau Anacrogynae<br />
Memuat golongan yang masih berupa talus sederhana, bentuknya seperti pita dan dorsiventral. Sporofit terletak disisi dorsal dan diliputi involukrum<br />
• Terdiri 7 famili yaitu :<br />
• Famili Riccardiaceae contohnya Riccardia<br />
• Famili Pelliaceae contohnya Pellia<br />
• Famili Treubiaceae contohnya Treubia<br />
• Famili Fossombroniaceae contohnya Fossombronia<br />
• Famili Pallaviciniaceae contohnya Pallavicinia<br />
• Famili Blasiaceae contohnya Blasias<br />
• Famili Metzgeriaceae contohnya Metzgeria <br />
Subordo Jungermannineae atau Accrogynae<br />
Memuat golongan yang talusnya menyerupai batang dengan daun-daun menyerupai batang dengan daun tersusun dalam 3 deretan yaitu 2 deretan daun samping (daun lateral) dan satu deretan daun ventral (amfigastrum). Daun samping tersebut terbagi atas lobus dorsal dan lobus ventral. Daun yang melindungi aarkegonium disebut periketium atau periantium, sedang daun yang melindungi anteridium disebut Perigonium. Contoh. Jungermannia, Madontheca <br />
Ordo Calobryales<br />
Cirri-ciri<br />
• Gametangium tidak mempunyai batang dengan daun-daun yang tersusun dalam 3 baris<br />
• Gametangium terbenuk diujung batan, arkegonium mempunyai 4 sel saluran leher<br />
• Sporofit terdiri dari kapsul saja<br />
Contohnya Calobryum, Haplomitrium <br />
Kelas Antheroceropsida / Lumut Tanduk <br />
Ciri – Ciri :<br />
• Gametofit berbentuk lembaran<br />
• Sporofit berbentuk pipa memanjang ke atas, seperti tanduk<br />
• Di dalam “tanduk” dihasilkan spora<br />
• Struktur anatomi talus homogen, tiap sel mengandng satu kloroplas dengan satu pirenoid yang besar<br />
• sporogonium terdiri atas kaki dan kapsul saja,<br />
• Spora berkecambah tidak membentuk protonema,<br />
• Perkembangbiakan aseksual sama dengan lumut hati<br />
Terdiri 1 ordo yaitu Ordo Anthocerotales. Contohnya : Anthoceros, Phaeceros, Megaceros dan Denroceros <br />
Kelas Bryopsida<br />
Merupakan kelas yang paling besar dan paling tinggi tingkatan perkembangannya diantara ketiga kelas briopyta. Dikenal dengan lumut daun<br />
• Ada yang homotalik dan ada yang heterotalik<br />
• Pada yang homotalik dapat dibedakan atas<br />
a. Paroisis : apabila anteridia dan arkegonia terletak pada cabang yang sama tetapi dalam kelompk yang berbeda<br />
b. Autosisi : Apabila anteridia dan arkegonia terletak pada cabang yang berbeda<br />
c. Sinoisis : apabila anteridia dan arkegonia terletak pada kelompok dan cabang yang sama<br />
Terdiri atas 3 subklas Yaitu :<br />
• Subclas Spagnobrya=Sphagnidae<br />
Merupakan subclass yang paling primitive dalam klas Bryopsida<br />
Ciri-ciri :<br />
• Protonema berbentuk daun kecil, tiap protonema hanya akan membentuk satu gametopora<br />
• Gametofora terdiri dari batang-batang yang bercabang dengan daun-daun dan gameetofora tidak mempunyai rizoid<br />
• sporangium mempunyai kaki yang lebar, seta hanya berupa lekukan antara kaki dari kapsul. Tidak terdapat peristom pada kapsul<br />
• Hanya terdiri 1 Ordo Yaitu Spagnales, 1 Famili yaitu Spagnaceae dan 1 genus yaitu Spagnum (ada 336 species)<br />
• Subclas Andreaobrya=Andreaeaidea <br />
Cirri –ciri :<br />
• Protonema berbentuk seperti batang atau pita yang bercabang<br />
• daun-daun tersusun spiral rapat dan menutupi batang<br />
• Gametangium terdapat pada ujung cabang tetapi anteridium dan arkegonium terdapat pada cabang yang berbeda<br />
• sporangium terdiri dari kaki adan kapsul<br />
• hanya terdiri dari 1 ordo saja yaitu ordo Andreaeales dan 1 famili yaitu famili Andreaeaceae dengna 2 genus yaitu Andreaea dan Neuroloma <br />
• Subclas Eubrya = Bryidea<br />
Merupakan subclass terbesar dari lumut daun dan sering dinamakan lumut sejati<br />
Ciri-ciri :<br />
• Protonema hampir selalu berbentuk benang yang bercabang berwarna hijau. Protonema mengeluarkan rizoid yang tidak berwarna<br />
• Gametofora selalu dengan jelas dapat dibedakan antara batang dengan daun-daun<br />
• Sporagium terdiri dari kapsul, kaki dan seta<br />
Berdasarkan cara pertumbuhannya Bryidea dibedakan atas 2 type yaitu<br />
• Yang tumbuh tegak (Ortotrop) =- acrocarpi<br />
• Yang tumbuh mendatar (Plagiatrop)=Pleurocarpi<br />
Penggolongan berdasarkan ada tidak gigi peristome<br />
• Clestocarpi (kapsul spora tidak punya peristom)<br />
• Stegocarpi (kapsu spora punya gigi peristom <br />
No Comments <br />
Read More<br />
LICHENES<br />
Filed under Uncategorized by gugukz.dreamz on 14-06-2009<br />
• Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan.<br />
• Tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah.<br />
• Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu.<br />
• Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama.<br />
• Lichen dapat bertahan hidup dalam kondisi yang ekstrim panas, dingin,lembab maupun kering sehingga kehadirannya tersebar luas dari daerah tropis sampai antartika<br />
• Tidak dapat tumbuh subur di daerahindustri perkotaan karena sensitif terhadap pencemaran udara terutama dari unsur Fluor (F) dan Sulfur Oksida (SO2). Dengan sifatnya yang demikian lichen dapat dipakai sebagai bioindikator terhadap pencemaran udara<br />
• Pemanfaatan dalam kehidupan manusia : makanan manusia (Indian, Nepal, India), obat, warna kain, indikator lakmus, kosmetik, parfum, lotion dan racun hewan.<br />
MORFOLOGI SIMBIOTIK<br />
<br />
<br />
MORFOLOGI THALUS<br />
a. CRUSTOSE<br />
Bentuk thalus angrata menyerupai kerak (crust). Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik, dan yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau endoploidal. Lichen yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis, disebut leprose.<br />
Contoh; Diploschistes sp, Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium <br />
b. FOLIOSE<br />
a. Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus-lobus.Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya.<br />
b. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda.<br />
c. Lichenes ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan.<br />
d. Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia dll.<br />
c. SQUAMULOSE<br />
Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dansering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia.<br />
Contoh: Psora pseudorusselli, Cladonia carneola <br />
d. FRUTICOSE<br />
Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu,daun-daunan atau cabang pohon. Tidak Terdapat perbedaan antara permukaan atas dan bawah.<br />
Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia <br />
Soredia. Terdapat pada bagian medulla yang keluar melalui celah kulit. Diameternya sekitar 25 – 100 mμ , sehingga soredia dapat dengan mudah diterbangkan angin dan akan tumbuh pada kondisi yang sesuai menjadi tumbuhan licenes yang baru. Jadi pembiakan berlangsung dengan perantaraan soredia. Soredia itu sendiri merupakan kelompok kecil sel-sel gangang yang sedang membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi satu badan yang dapat terlepas dari induknya. Soredia ini terdapat di dalam soralum.<br />
Isidia. berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat pada kulit luar. Diamaternya 0,01 – 0,03 mμ dan tingginya antara 0,5 – 3 mμ. Berdasarkan kemampuannya bergabung dengan thallus, maka dalam media perkembangbiakan, isidia akan menambah luas permukaan luarnya. Sebanyak 25 – 30 % dari spesies foliose dan fructicose mempunyai isidia. Proses pembentukan isidia belum diketahui, tetapi dianggap sebagai faktor genetika.<br />
Lobula. merupakan pertumbuhan lanjutan dari tahllus lichenes yang sering dihasilkan di sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat berkembang dengan baik pada jenis foliose, Genus Anaptycia, Neproma, Parmelia dan Peltigera. Lobula sangat sukar dibedakan dengan isidia.<br />
Rhizines. merupakan untaian yang menyatu dari hifa yang berwarna kehitam-hitaman yang muncul dari kulit bagian bawah (korteks bawah) dangan mengikat thallus ke bagian dalam. Ada dua jenis rhizines yaitu bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan Parmelia dan yang tidak bercabang terdapat pada Anaptycis dan beberapa Parmelia.<br />
Tomentum. memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan merupakan lembaran serat dari rangkaian akar atau untaian yang renggang. Biasanya muncul pada lapisan bawah seperti pada Collemataceae, Peltigeraceae dan Stictaceae.<br />
Cilia. berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa yang muncul di sepanjang sisi kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines dan hanya berbeda pada cara tumbuh saja.<br />
Cyphellae. berbentuk rongga bulat yang agak besar serta terdapat pada korteks bawah dan hanya dijumpai pada genus Sticta. Pseudocyphellae<br />
Pseudocyphellae. Mempunyai ukuran yang lebih kecil dari cyphellae yaitu sekitar 1 mμ dan terdapat pada korteks bawah spesies Cetraria, Cetralia, Parmelia dan Pasudocyphellaria. Rongga ini berfungsi sebagai alat pernafasan atau pertukaran udara.<br />
Cephalodia. merupakan pertumbuhan lanjutan dari thallus yang terdiri dari alga-alga yang berbeda dari inangnya. Pada jenis peltigera aphthosa, cephalodia mulai muncul ketika Nostoc jatuh pada permukaan thallus dan terjaring oleh hifa cephalodia yang berisikan Nostoc biru kehijauan. Jenis ini mampu menyediakan nitrogen thallus seperti Peltigera, Lecanora, Stereocaulon, Lecidea dan beberapa jenis crustose lain.<br />
PERKEMBANGBIAKAN LICHENES<br />
Secara Vegetatif<br />
1. Fragmentasi<br />
Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose lichenes, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah individu.<br />
2. Isidia<br />
Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai.<br />
3. Soredia<br />
Reproduksi aseksual<br />
• Metode reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan spora yang sepenuhnya bergantung kepada pasangan jamurnya.<br />
• Spora yang aseksual disebut pycnidiospores. Pycnidiospores itu ukurannya kecil, spora yang tidak motil, yang diproduksi dalam jumlah yang besar disebut pygnidia.<br />
• Pygnidia ditemukan pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai suatu celah kecil yang terbuka yang disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium terdiri dari hifa yang subur dimana jamur pygnidiospore berada pada ujungnya. Tiap pycnidiospore menghasilkan satu hifa jamur. Jika bertemu dengan alga yang sesuai terjadi perkembangan menjadi lichenes yang baru.<br />
Secara Seksual<br />
Perkembangan seksual pada lichenes hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun tubuh lichenes.<br />
KLASIFIKASI LICHENES<br />
Berdasarkan cendawan yang menyusunnya<br />
A. Ascolichens.<br />
• Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.<br />
• Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.<br />
• Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen alga dari famili: Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dll.<br />
Klas : Ascolichens<br />
• Ordo : Lecanorales<br />
• Famili : Lichinaceae, Collemataceae, Heppiaceae, Pannariaceae, Coccocarpiaceae, Perltigeraceae, Stictaceae, Graphidaceae, Thelotremataceae, Asterothyriaceae, Gyalectaceae, Lecidaeceae, Stereocaulaceae, Cladoniaceae, Umbilicariaceae, Lecanoraceae, Parmeliaceae, Usneaceae, Physciaceae, Theloshistaceae.<br />
• Ordo : Sphariales<br />
• Famili : Pyrenulaceae, Strigulaceae, Verrucariaceae<br />
• Ordo : Caliciales<br />
• Famili : Caliciaceae, Cypheliaceae, Sphaephoraceae<br />
• Ordo : Myrangiales<br />
• Famili : Arthoniaceae, Myrangiaceae<br />
• Ordo : Pleosporales<br />
• Famili : Arthopyreniaceae<br />
• Ordo : Hysteriales<br />
• Famili : Lecanactidaceae, Opegraphaceae, Rocellaceae <br />
B. Basidiolichenes <br />
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filamen yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus.<br />
• Famili : Herpothallaceae, Coraceae, Dictyonamataceae, Thelolomataceae.<br />
C. Lichen Imperfect<br />
Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus, Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dll.<br />
• Genus : Cystocoleus, Lepraria, Lichenothrix, Racodium. <br />
Berdasarkan alga yang menyusun thalus<br />
A. Homoimerus <br />
Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae. Contoh : Ephebe, Collema<br />
B. Heteromerous <br />
Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia <br />
No Comments <br />
Read More<br />
PTERYDOPHYTA<br />
Filed under Uncategorized by gugukz.dreamz on 14-06-2009<br />
Ciri-Ciri Pteridophyta<br />
a. Memiliki jaringan pengangkut (xilem dan floem)<br />
b. Secara umum telah dapat dibedakan akar, batang dan daunnya.<br />
c. Alat reproduksi aseksual berupa spora<br />
<br />
<br />
d. Spora dihasilkan oleh sporofil (daun fertil)<br />
e. Mengalami metagenesis (Fase sporofit lebih dominan dari fase gametofit)<br />
Reproduksi dan Metagenesis Pteridophyta<br />
<br />
Skema Siklus Hidup Pteridophyta <br />
<br />
Klasifikasi<br />
1. Pteridopsida<br />
Ciri-Ciri Pteridopsida<br />
a. Telah dapat dibedakan akar, batang dan daunnya<br />
b. Spora dihasilkan pada sporofil, terutama di bawah daunnya<br />
c. Daun mudanya tumbuh menggulung (circinatus)<br />
d. Contoh : Pteris, Adiantum cuneatum, Semanggi (Marsilea sp) dll <br />
2. Lycopsida<br />
Ciri-Ciri Lycopsida<br />
a. Memiliki daun yang berukuran kecil (mikrofil)<br />
b. Spora dihasilkan oleh strobilus (kumpulan sporofil yang berbentuk kerucut)<br />
c. Pada selaginella, jenis spora yang dihasilkan ada 2 macam, yaitu mikrospora dan megaspora<br />
d. Mikrospora akan berkembang menjadi gametofit jantan, sedang megaspora akan berkembang menjadi gametofit betina <br />
3. Sphenopsida<br />
Ciri-Ciri Sphenopsida / Paku Ekor Kuda<br />
a. Hidup di daerah sub tropis, terutama di rawa<br />
b. Memiliki daun mikrofil<br />
c. Spora dihasilkan oleh strobilus<br />
d. Batang keras dan berongga, mengandung silika<br />
e. Contoh : Equisetum palustre <br />
4. Psilopsida / Paku Purba<br />
Ciri-Ciri Psilopsida / Paku Purba<br />
a. Daun mikrofil<br />
b. Batang bercabang dikotom, dan berfungsi dalam fotosintesis<br />
c. Pada ruas-ruas batang dihasilkan sporangium<br />
d. Spora dihasilkan oleh sporangium<br />
e. Contoh : Psilotum nudum <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
asteroxylon<br />
<br />
<br />
<br />
licopodium <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
equisetum<br />
Di bawah ini adalah ilustrasi dari keterangan di atas berupa gambar skematik dari irisan melintang batang Equisetum hyemale<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
STRUKTUR UMUM DAUN<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bunga<br />
Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.<br />
Lompat ke: pandu arah, gelintar <br />
<br />
<br />
Bunga raya<br />
<br />
<br />
Rudbeckia fulgida<br />
Bunga ialah struktur pembiakan untuk tumbuhan berbunga, iaitu tumbuhan-tumbuhan dalam divisi Magnoliophyta.<br />
Bunga mengandungi organ-organ tumbuhan, dan fungsinya ialah untuk menghasilkan biji-biji melalui pembiakan. Untuk tumbuhan-tumbuhan yang bertaraf lebih tinggi, biji-biji merupakan generasi yang berikut, dan bertindak sebagai cara yang utama untuk penyebaran individu-individu sesuatu spesies secara luas. Selepas persenyawaan, sebahagian daripada bunga itu akan berkembang menjadi buah yang mengandungi biji-biji.<br />
<br />
Isi kandungan<br />
[sorok]<br />
• 1 Anatomi bunga <br />
o 1.1 Penyimpangan daripada pelan struktur yang tipikal<br />
o 1.2 Rumus bunga<br />
• 2 Fungsi bunga<br />
• 3 Bunga untuk berkebun dan hortikultur<br />
• 4 Bunga dalam kehidupan harian<br />
• 5 Bunga sebagai lambang<br />
• 6 Galeri<br />
• 7 Rujukan<br />
• 8 Pautan luar<br />
<br />
[sunting] Anatomi bunga<br />
Organ-organ yang berlainan dalam tumbuhan berbunga menghasilkan dua jenis spora pembiakan, iaitu debunga (spora jantan) dan ovul (spora betina). Bagaimanapun, kedua-dua jenis spora ini berada bersama-sama dalam strobilus (iaitu sekumpulan sporofil yang kelihatan seakan-akan kon) bisporangiat (terdiri daripada mikrosporofil dan megasporofil) yang merupakan bunga yang tipikal.<br />
Bunga dianggap sebagai tangkai terubah suai (Eames, 1961). Buku-buku pada ruas yang pendek menghasilkan struktur-struktur yang dapat diubah suai untuk menjadi daun. Pada dasarnya, sebuah struktur bunga terbentuk pada tunas terubah suai atau paksi yang mempunyai meristem apeks yang tidak bertumbuh secara berterusan. Tangkai digelarkan pedikel, dan hujungnya mempunyai torus atau pudung. Bahagian-bahagian bunga diatur dalam bentuk sepusar di sekeliling torus. Terdapat empat bahagian atau sepusar yang utama (bermula daripada bawah bungga atau buku terendah naik ke atas) seperti berikut:<br />
• kaliks – merupakan sepusar sepal yang luar; biasanya, ini berwarna hijau, tetapi kelihatan seolah-olah kelopak dalam sebilangan spesies;<br />
• korola – merupakan sepusar kelopak; biasanya nipis, lembut dan berwarna-warni untuk menarik serangga supaya dapat membantu proses pendebungan.<br />
• androesium (daripada bahasa Greek andros oikia: rumah lelaki) – terdiri daripada satu atau dua sepusar stamen, dengan setiap stamen merupakan sebatang filamen yang mempunyai anter pada hujungnya untuk menghasilkan debunga. Debunga mengandungi gamet jantan.<br />
• ginesium (daripada bahasa Greek gynaikos oikia: rumah perempuan) – terdiri daripada satu atau lebih pistil. Karpel ialah organ pembiakan betina yang mengandungi ovari serta ovul-ovul yang mengandungi gamet betina. Sebatang pistil mungkin terdiri daripada satu karpel yang tunggal atau sebilangan karpel yang digabungkan bersama-sama untuk menjadikan satu pistil bagi setiap bunga (bunga yang sebegini digelarkan apokarpa). Stigma, iaitu bahagian hujung pistil yang lekit, ialah penerima debunga. Stil, iaitu tangkai yang menyangga stigma, menjadi laluan untuk penumbuhan tiub debunga dari butir-butir debunga yang terlekat pada stigma ke ovul, dan membawa bahan-bahan pembiakan.<br />
<br />
<br />
<br />
Tulip - androesium dan ginesium<br />
[sunting] Penyimpangan daripada pelan struktur yang tipikal<br />
Walaupun struktur bunga yang dihujahkan diatas dianggap sebagai pelan struktur yang "tipikal", spesies-spesies tumbuhan menunjukkan kepelbagaiaan pengubahsuaian yang luas daripada pelan ini. Pengubahsuaian-pengubahsuaian ini adalah penting dalam evolusi tumbuhan berbunga dan digunakan oleh ahli-ahli botani untuk mengasaskan hubungan antara spesies-spesies tumbuhan. Umpamanya, kedua-dua subkelas tumbuhan berbunga dapat dibezakan melalui bilangan organ bunga dalam setiap sepusar: dikotiledon biasanya mempunyai 4 atau 5 organ (atau angka kandungan 4 atau 5) dalam setiap sepusar, dan monokotiledon mempunyai tiga atau angka kandungan tiga. Sebatang pistil majmuk mungkin mempunyai hanya dua karpel, ataupun langsung tidak mempunyai kaitan dengan generalisasi monokot dan dikot yang dihuraikan di atas.<br />
Dalam kebanyakan spesies, bunga-bunganya mempunyai kedua-dua pistil dan stamen seperti yang diperihalkan di atas. Bunga-bunga ini ditakrif oleh ahli-ahli botani sebagai sempurna, dwiseksual, atau hermafrodit. Bagaimanapun, dalam sebilangan spesies tumbuhan, bunganya tidak sempurna atau uniseks, iaitu mempunyai hanya bahagian jantan (stamen) atau betina (pistil). Dalam kes tersebut di mana sebuah tumbuhan adalah jantan atau betina, spesies itu dianggap sebagai tumbuhan diesisme. Bagaimanapun, jika bunga jantan dan bunga betina bertumbuh dalam tumbuhan yang sama, spesies itu dianggap sebagai tumbuhan monesisme.<br />
<br />
<br />
Tangkap padat untuk bunga Day lily yang menunjukkan enam stamen bersama-sama dengan stigma dan stil pistil<br />
Sebilangan bunga mempunyai kedua-dua stamen dan pistil yang berupaya untuk penswasenyawaan. Sifat ini meningkatkan kemungkinan untuk menghasilkan biji tetapi mengehadkan kelainan genetik. Kes penswasenyawaan yang keterlaluan terjadi dalam bunga-bunga yang selalu mensenyawakan sendiri, seperti bunga dandelion. Sebaliknya, banyak spesies tumbuhan mempunyai jara untuk menghalangkan penswasenyawaan. Bunga jantan dan bunga betina dalam tumbuhan yang sama tidak akan muncul pada masa yang sama, atau debunga daripada pokok yang sama tidak berupaya mempersenyawakan ovul-ovulnya. Jenis bunga-bunga terakhir ini yang mempunyai penyekat kimia untuk debunga sendiri dirujuk sebagai "mandul sendiri" atau "tak serasi sendiri" (sila lihat: Keseksualan tumbuhan).<br />
Perbincangan tambahan tentang pengubahsuaian bunga daripada pelan asas diberikan dalam rencana-rencana bagi setiap bahagian asas bunga. Bagi spesies-spesies yang mempunyai lebih daripada satu bunga pada paksinya, koleksi bunga itu diistilahkan sebagai infloresen. Dari segi ini, perhatian mesti diambil untuk mempertimbangkan apakah itu "bunga". Umpamanya dalam istilah botani, sekuntum bunga daisi atau bunga matahari yang tunggal tidak dianggap sebagai sekuntum bunga, tetapi sebaliknya, sebagai kepala bunga — satu infloresen terdiri daripada banyak bunga yang kecil (kekadang digelarkan "floret"). Anatomi untuk setiap bunga kecil itu mungkin mengambil bentuk yang dihuraikan di atas.<br />
<br />
[sunting] Rumus bunga<br />
Rumus bunga ialah cara untuk melambangkan struktur bunga melalui huruf, angka dan simbol yang khusus. Biasanya, rumus am digunakan untuk mewakili struktur bunga untuk sesuatu famili tumbuhan, dan bukannya untuk sesuatu spesies yang khusus. Perlambangan yang berikut telah digunakan:<br />
Ca = kaliks (sepusar sepal; umpamanya Ca5 = 5 sepal)<br />
Co = korola (sepusar kelopak; umpamanya Co3(x) = bilangan kelopak dalam angka kandungan tiga)<br />
Z = ditambahkan untuk bunga zigomorfi (umpamanya CoZ6 = zigomorfi dengan 6 kelopak)<br />
A = androesium (sepusar stamen; umpamanya A∞ = banyak stamen)<br />
G = ginesium (karpel, umpamanya G1 = bermonokarpel)<br />
x - untuk mewakili "nombor boleh ubah"<br />
∞ - untuk mewakili "banyak"<br />
Rumus bunga akan kelihatan seperti berikut:<br />
Ca5Co5A10 - ∞G1<br />
Banyak lagi simbol yang lain digunakan (sila lihat [1]).<br />
[sunting] Fungsi bunga<br />
<br />
<br />
Butir-butir debunga pada stigma bunga lili<br />
Fungsi bunga ialah untuk menjadi pengantara bagi penyatuan gamet jantan dan gamet betina. Proses ini diistilahkan sebagai pendebungaan. Banyak bunga bergantung kepada angin untuk menggerakkan debunga antara bunga-bunga spesies yang sama. Ada juga yang bergantung kepada haiwan, khususnya serangga untuk berbuat demikian. Tempoh masa yang mana proses ini dapat dilakukan (iaitu bunga telah menjadi matang dan berfungsi) digelarkan antesis.<br />
Banyak bunga dalam [alam semula jadi]] telah dievolusikan untuk menarik haiwan-haiwan untuk mendebungakan bunga. Pergerakan-pergerakan agen pendebungaan memberikan peluang untuk penggabungan semula genetik dalam populasi tumbuhan yang tersebar. Bunga yang didebungakan oleh serangga dinamakan bunga berentomofili (secara harfiah, "cinta akan serangga").<br />
Bunga-bunga biasanya mempunyai kelenjar yang digelarkan nektarin pada berbagai-bagai bahagiannya untuk menarik haiwan-haiwan. Burung dan lebah merupakan pendebunga yang biasa: kedua-dua haiwan ini mempunyai penglihatan warna dan memilih bunga yang berwarna-warni. Sebilangan bunga mempunyai corak-corak yang dinamakan panduan madu bunga yang menunjukkan tempat madu bunga kepada pendebunga-pendebunga; corak-corak hanya dapat dilihat oleh kita di bawah cahaya ultraunggu, tetapi corak-corak itu boleh dinampak oleh lebah-lebah dan sebilangan serangga yang lain.<br />
Bunga-bunga juga menarik pendebunga-pendebunga melalui bau. Banyak bau adalah harum bagi kita, tetapi bukan kesemuanya. Sebilangan tumbuhan, seperti Rafflesia, titan arum, dan pawpaw Amerika Utara (Asimina triloba) didebungakan oleh lalat dan oleh itu, menghasilkan bau daging basi. Bagaimanapun, pendebunga-pendebunga tertarik kepada tumbuhan, mungkin disebabkan hendak mencari madu bunga untuk makan. Penyusunan stamen memastikan bahawa butir-butir debunga dipindahkan kepada tubuh-tubuh pendebunga. Dalam pengumpulan madu bunga daripada banyak bunga dalam spesies yang sama, pendebunga memindahkan butir-butir debunga yang terlekat pada tubuhnya antara semua bunga yang dilawati.<br />
Bunga-bunga untuk spesies yang lain diperdebungakan oleh angin (umpamanya rumput-rumput); oleh sebab bunga-bunga ini tidak perlu menarik pendebunga, bunganya tidak begitu menonjol. Bunga-bunga yang didebungakan oleh angin dirujuk sebagai bunga beranemofi. Sedangkan butir-butir bunga berentomofili cenderung bersifat besar, melekat, serta kaya dengan protein (lagi satu "faedah" untuk pendebunga), butir-butir debunga untuk bunga beranemofili biasanya kecil, amat ringan, dan tidak mempunyai banyak nilai pemakanan kepada serangga walaupun ia masih dikumpulkan semasa kekurangan makanan. Lebah madu dan kumbang bumbel berkumpul debunga jagung secara aktif, walaupun debunga ini tidak berguna kepada serangga-serangga itu.<br />
Terdapat banyak kekeliruan tentang peranan bunga dalam alergi. Umpamanya, pokok Solidago (bahasa Inggeris: goldenrod) yang bersifat entomofili sering disalahkan untuk rinitis alergi, walaupun debunganya bukan debunga bawaan udara. Sebaliknya, alergen untuk penyakit itu biasanya ialah debunga Ambrosia (bahasa Inggeris: ragweed) yang bersifat anemofili dan dapat melayang-layang sehingga beberapa kilometer.<br />
[sunting] Bunga untuk berkebun dan hortikultur<br />
Rencana utama dan rencana berkait: Perkebunan, Hortikultur, Senarai bunga, dan Bidang Penggubahan Bunga<br />
[sunting] Bunga dalam kehidupan harian<br />
Pada masa yang moden ini, orang-orang telah menanam, membeli, memakai ataupun hanya mendekati bunga-bunga dan pokok-pokok yang sedang berbunga, sebahagiannya kerana bau bunga yang harum. Di seluruh dunia, penjual-penjual bunga menjual bunga untuk pelbagai kejadian dan majlis:<br />
<br />
<br />
"Stargazer", satu kacukan Lilium, amat wangi.<br />
• Untuk kelahiran atau pembaptisan<br />
• Sebagai korsaj atau bunga hiasan yang dipakai untuk majlis sosial atau untuk percutian<br />
• Sebagai bunga perkahwinan untuk majlis perkahwinan dan perhiasan dewan<br />
• Sebagai perhiasan untuk menerangi rumah<br />
• Sebagai hadiah pengingatan untuk majlis selamat jalan, parti selamat pulang, dan hadiah "rindu akan anda"<br />
• Sebagai bunga upacara pengebumian dan penyataan rasa simpati terhadap orang yang sedang berdukacita.<br />
Penjual-penjual bergantung kepada serangkaian penanam komersil dan pengangkut untuk mendukung perdagangan ini. Untuk memperoleh bunga-bunga di luar musim negara sendiri, penjual bunga menghubungi pemborong dan pengimport yang mempunyai perhubungan langsung dengan penanam-penanam di negara lain untuk membekalkan bunga-bunga tersebut.<br />
[sunting] Bunga sebagai lambang<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
1. Alat-alat yang sering digunakan di Laboratorium unit Biologi <br />
<br />
<br />
No Nama Alat Kegunaan Keamanan/Pengamanan<br />
1 Mikroskop cahaya Untuk mengamati benda-benda yang mikroskopik, kecil dan transparan atau tembus pandang Alat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat/disimpan di dalam lemari yang bersih bebas dari debu dan cahaya matahri langsung<br />
2 Microscope slide (kaca objek) Untuk meletakkan objek yang diamati Tidak diletakkan disembarang tempat, hindarkan dari benturan karena mudah pecah/setelah digunakan dibersihkan dan disimpang dalam suatu wadah tersendiri<br />
3 Cover slip (kaca penutup) Untuk menutup benda yang diletakkan pada kaca objek Tidak diletakkan disembarang tempat, hindarkan dari benturan karena mudah pecah/setelah digunakan dibersihkan dan disimpang dalam suatu wadah tersendiri<br />
4 Loupe (kaca pembesar) Untuk mengamati objek yang kecil, seperti benang sari, ruas kaki serangga dan sebagainya Digunakan sesuai dengan petunjuk pemakaian, tidak diletakkan ditempat yang panas, hindarkan dari benturan karena dapat retak/setelah digunakan disimpan kembali pada kotak atau dos loupe kembali<br />
5 Perangkat alat bedah Untuk kegiatan pembedahan seperti membedah ikan, katak, marmot dsb Digunakan sesuai petunjuk penggunaan/setelah digunakan dibersihkan dan disimpan ditempat yang aman<br />
6 Spatula Untuk mengambil objek yang telah diiris untuk sediaan mikroskop Digunakan sesuai petunjuk penggunaan/setelah digunakan dibersihkan<br />
7 Panic bedah Untuk tempat pembedahan setelah diisi lilin, atau telenan bedah dari gabus Digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan/setelah digunakan dibersihkan<br />
8 Mano respirometer Untuk menentukan secara kuantitatif banyaknya CO2 yang dihasilkanpada proses pernapasan ragi.juga untuk menyelidiki penggunaan O2 oleh organism hidup pada pernapasan Digunakan sesuai aturan pakai/disimpan di dalam lemari<br />
9 Quadrat (kuadrat) Untuk mengambil cuplikan areal dengan luas tertentu dari suatu ekosistem Digunakan sesuai aturan pakai/disimpan dalam lemari<br />
10 Dip-net (jala keruk) Untuk mengambil atau mengumpulkan specimen hewan da tumbuhan air yang terdapat di dasar kolam, selokan atau perairan lain yang dangkal Digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan/disimpan ditempat yang aman (di dalam lab.)<br />
10 Jala serangga Untuk menangkap serangga Digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan/disimpan ditempat yang aman (di dalam lab.) <br />
11 Jala plankton Untuk mengumpulkan plankton di kolam, danau, akuarium dsb. Digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan/disimpan ditempat yang aman (di dalam lab.)<br />
12 Specimen tube (tabung contoh) Untuk meyimpan sementara specimen hewan-hewan kecil yang baru dikumpulkan Digunakan sesuia petunjuk penggunaan alat, hindarkan dari bentuaran karena mudah retak/setelah digunakan dibersihkan dan disimpan dalam lemari<br />
13 Human torso, female (torso manusia, wanita) Untuk mempelajari morfologi dan anatomi tubuh manusia Diletakkan ditempat yang tinggi (di atas meja atau lemari)<br />
14 Thermometer badan Untuk mengukur suhu badan misalnya suhu waktu sehat, waktu sakit atau waktu istrahat Digunakan sesuai petunjuk penggunaan, hindarkan dari benturan kaena mudah retak/disimpan di dalam kotak atau dos alat tersebut<br />
15 Genetic box (kotak genetic) Untuk menyelidiki kemungkinan kombinasi gen serta prinsip-prinsip genetika lainnya Digunakan sesuai petunjuk penggunaan alat, tidak disimpan pada tempat yang basah/disimpan dalam lemari<br />
16 Respirometer simple mounted (respirometer sederhana) Untuk mengukur banyaknya oksigen yang diambil atau digunakan dalam satuan waktu tertentu pada pernapasan hewan kecil misalnya serangga Digunakan sesuai petunjuk penggunaan alat/disimpan di dalam lemari<br />
17 Insektarium Untuk menyelidiki tingkah laku/kehidupan serangga, misalnya cara makan, membuat rumah atau kepompong Hindarkan dari panas matahari dan air/disimpan dalam ruangan <br />
<br />
18 Incubator (alat penetas telur) Untuk mengingkubasi telur, mikroba, dan lainnya yang membutuhkan pengaturan suhu dan kelembapan udara Digunakan sesuai petunjuk penggunaan alat, hindarkan dari benturan/disimpan di dalam lemari<br />
20 Okto klat Untuk sterilisasi dan penggunaan uap panas bertekanan Digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat/disimpan dalam lemari<br />
<br />
Sumber informasi: Garuda, S.Pd dan Hasran Abidin, S.Pd <br />
<br />
2. Bahan-bahan kimia yang sering digunakan di Laboratorium Unit Biologi<br />
<br />
No Nama Bahan Kegunaan/karakteristik Keamanan/Pengamanan<br />
1 Acetid acid Zat cair, jika kena kulit dapat menyebabkan luka bakar, sebagai uap dapat mengganggu pernapasan, kulit dan mata. Dalam laboratorium biasa digunakan sebagai asam lemah. Digunakan sesuai aturan pakai, hindarkan dari sumber api dan praktikan harus memakai masker saat menggunakan bahan kimia tersebut/disimpan dalam botol.<br />
2 Aluminium sulphate Kristal, garam berwarna putih, larut dalam air. Digunakan sebagai pengganti tawas. Digunakan sesuai aturan pakai, hindarkan dari sumber api/disimpan dalam botol.<br />
3 Ammonia chloride Kristalnya berwarna putih, mudah larut dalam air. Zat padatnya mudah menyublim jika dipanaskan. Larutannya bersifat asam. Digunakan sesuai aturan pakai/disimpan dalam botol yang tertutup rapat.<br />
4 Ammonium sulphate Kristal berwarna putih, mudah larut dalam air. Digunakan sesuai aturan pakai/disimpan dalam botol yang tertutup rapat.<br />
5 Benzene Zat cair tak berwarna, sangat mudah terbakar. Jika termakan, terhisap oleh kulit atau masuk melalui pernapasan dapat menyebabkan keracunan. Digunakan sesuai aturan pemakaian, hindarkan dari sumber api/disimpan dalam botol yang tertutup, dan disimpan dalam lemari, praktikan memakai masker saat menggunakan bahan tersebut.<br />
6 Butanol Zat cair yang tak berwarna, mudah terbakar. Zat cair atau uapnya dapa mengganggu alat pernapasan, kulit dan mata. Digunakan sesuai aturan pemakaian, hindarkan dari sumber api/disimpan dalam botol yang tertutup, dan disimpan dalam lemari, praktikan memakai masker saat menggunakan bahan tersebut.<br />
7 Bromthymol blue Suatu larutan dengan pH 6,0, jika ditetesi bromtimol biru berwarna kuning dan warna itu berubah menjadi biru, apabila pH laurtan naik mencapai 7,6 Digunakan sesuai aturan pemakaian/disimpaan di dalam botol yang tertutup rapat.<br />
8 Calcium clorida Zat padat, apabila digunakan sebagai bahan pengering untuk gas atau zat cair bahan organik Digunakan sesuai aturan pemakaian<br />
9 Chloroform Zat cair tak berwarna bersifat racun. Digunakan antara lain sebagai obat bius. Dalam lab. sering digunakan sebagai pelarut. Digunakan sesuai aturan pemakaian, praktikan memakai masker saat menggunakan bahan kimia tersebut/disimpan dalam botol.<br />
10 Glukosa Zat padat, kristalnya tak berwarna. Termasuk golongan monosakarida. Digunakan sesuai aturan pemakaian/disimpan dalam botol.<br />
11 Formalin 40 % Digunakan sebagai pencegah hama, dan sebagai cairan untuk merendam hewan-hewan kecil yang diawetkan. Digunakan sesuai autran pakai, praktikan memakai masker saat menggunakan bahan tersebut/disimpan dalam botol.<br />
12 Ethanol Zat cair, mudah terbakar. Biasa disebut alcohol. Digunakan sebagai pelarut. Digunakan sesuai aturan pakai, hindarkan dari sumber api/disimpan di dalam botol.<br />
13 Iodine crystal Digunakan untuk membuktikan adanya amilum (kanji). Digunakan sesuai aturan pakai/disimpan dalam botol, dan disimpan terpisah dari bahan-bahan kimia lainnya, karena dapat merusak label botol.<br />
14 Magnesium sulphate Zat padat, disebut juga garam inggris Digunakan sesuai aturan pakai/disimpan dalam botol yang kering<br />
15 Potassium chloride Zat padat, Kristal berwarna putih Digunakan sesuai aturan pakai/disimpan dalam botol, dan diletakkan di temapt yang kering<br />
16 Sodium carbonate Kristal putih. Garam yang mudah larut, disebut juga soda cuci Digunakan sesuai aturan pakai/disimpan dalam botol, dan diletakkan di temapt yang kering<br />
17 Sodium chloride Zat padat, putih Kristal, biasa disebut garam dapur Digunakan sesuai aturan pakai, disimpan ditempat yang kering.<br />
18 Sodium hydroxide Zat putih bersifat sangat mudah menyerap air dari udara, sehingga mncair dan larut. Digunakan sesuai aturan pakai/disimpan dalam botol dan diletakkan di tempat yang kering<br />
19 Sulphuris acid, technical Zat cair, racun dan sangat korosit. Menimbulkan luka bakar yang parah, jika kena kulit dan mata. Digunakan sebagai asam kuat. Digunakan sesuai aturan pakia, hindarkan dari contak langsung dengan kulit/disimpan dalam botol kaca yang berwarna gelap dan disimpan di lemari asam.<br />
20 Litmus paper, blue Gulungan kertas, berwarna biru, kertas lakmus biru berubah menjadi merah kalau ditetesi suatularutan yang bersifat asam Digunakan sesuai aturan pakai, hindarkan dari tempat-tempat yang basah/disimpan dalam suatu wadah tersendiri yang kering<br />
21 Litmus paper, red Gulungan kertas berwarna merah, kertas lakmus merah berubah menjadi biru jika ditetesi larutan yang bersifat basah Digunakan sesuai aturan pakai, hindarkan dari tempat-tempat yang basah/disimpan dalam suatu wadah tersendiri yang kering<br />
<br />
<br />
Sumber informasi: Garuda, S.Pd dan Ibu Ramla,<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
TUGAS TEKHNIK LABORATORIUM<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
ALAT-ALAT DAN BAHAN-BAHAN KIMIA<br />
YANG SERING DIGUNAKAN DI <br />
LABORATORIUM UNIT BIOLOGI<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
OLEH <br />
<br />
WAODE RACHMAWATI<br />
A1C2 09 060<br />
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN<br />
UNIVERSITAS HALUOLEO<br />
KENDARI<br />
2011CATATAN RACHMAhttp://www.blogger.com/profile/09113858948921751442noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4668963307109855061.post-12721970816485824102011-04-09T04:42:00.000-07:002011-04-09T04:42:10.265-07:00BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
A. Latar Belakang<br />
<br />
Dewasa ini para ahli memandang siswa adalah seorang individu yang aktif. Oleh karena itu, peran guru bukan satu-satunya pembelajar, tetapi sekedar pembimbing, fasilitator, dan pengarah. Belajar memang bersifat individual, yang berarti suatu keterlibatan langsung dengan pemerolehan pengalaman individual. Belajar juga tidak menjadi sekaligus, tetapi akan berlangsung penuh pengulangan, berkesinambungan tanpa henti.<br />
Belajar efektif akan terjadi bila bahan belajar menantang siswa, ada balikan dan penguatan dari guru sebagai pembelajar. Meskipun belajar telah direkayasa secara paedagogis oleh guru, tetapi hasil belajar akan dipengaruhi oleh karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifat individual pelajar. Pembelajaran tidak mengabaikan karakteristik pembelajar dan prinsip-prinsio belajar.<br />
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang masing-masing memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa yang relative berlaku umum yang dapat dipakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan cara mengajarnya. <br />
<br />
B. Rumusan Masalah<br />
Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah:<br />
1. Jelaskan prinsip-prinsip yang berlaku dalam belajar dan pembelajaran!<br />
2. Jelaskan implikasi dari prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran!<br />
<br />
<br />
<br />
C. Tujuan<br />
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah:<br />
1. Mengetahui prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran.<br />
2. Mengetahui implikiasi prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
A. Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran<br />
<br />
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang masing-masing memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa yang relative berlaku umum yang dapat dipakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan cara mengajarnya. <br />
Dalam kegiatan mengajar, guru harus menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran karena prinsip-prinsip belajar dapat membimbing aktivitas dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga guru dapat bertindak secara tepat. Prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran berkaitan dengan perhatian, motivasi, keaktifan, keterlibatan, pengulangan, tantangan, balikan, penguatan dan perbedaan individual.<br />
1. Prinsip Perhatian <br />
Menurut Sumadi S. (1984), perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar, dari kajian teori belajar dan pengelohan informasi. Terungkap bahwa tanpa perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage Berliner, 21984:335).<br />
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah pada pencapaian tujuan belajar. Siswa harus membangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pesan yang menjadi isi pelajaran seringkali dalam bentuk rangsangan suara, warna, bentuk, gerak dan rangsangan lain yang dapat diindera. Dengan demikian siswa diharapkan selalu melatih indranya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran.<br />
<br />
2. Prinsip Motivasi<br />
Motivasi mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar karena motivasi berkaitan dengan tujuan, seperti yang dikemukakan Petri (1986: 3), motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Menurut Sardima (1992: 25) ada tiga fungsi motivasi yaitu: (a) mendorong untuk berbuat (b) menentukan arah perbuatan dan (c) menyeleksi perbuatan.<br />
<br />
3. Prinsip Keaktifan<br />
Belajar adalah berbuat untuk mengubah perilaku. Tidak ada belajar kalau tidak ada keaktifan. Menurut John Dewey (dalam Daies, 1937: 31), belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri, guru sekedar pembimbing dan pengarah.<br />
Dalam hal kegiatan belajar, Rousseay 9dalam Sardiman, 1992: 96) memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri dan bekerja sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. <br />
4. Prinsip Keterlibatan Langsung<br />
Dalam belajar melalui pengamatan langsung, siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi harus menghayati, berbuat dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukkan oleh John Dewey dengan “Learning by doing”, belajar harus dilakukan oleh siswa melalui perbuatan langsung. Keterlibatan siswa dalam belajar meliputi keterlibatan fisik dan mental emosional. <br />
<br />
<br />
<br />
5. Prinsip Pengulangan<br />
Menurut teori psikologi, daya belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada diri seseorang. Daya-daya tersebut terdiri dari daya mengamati, menanggapi, berpikir dan sebagainya.<br />
6. Prinsip Tantangan<br />
Dalam situasi belajar, siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi kadang-kadang terdapat hambatan. Agar para siswa timbul motif untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan ajar haruslah menantang, misalnya: bahan pelajaran yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untu mempelajarinya, selain itu siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi. <br />
<br />
7. Prinsip Balikan dan Penguatan<br />
Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Thorndike dengan teorinya “Law of effect” dalam hal ini siswa akan lebih bersemangat belajar apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Hasil yang baik akan menjadikan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik pada usaha belajar selanjutnya. Namun, dorongan belajar itu menurut Skinner tidak oleh penguatan yang menyenangkan, tetapi juga yang tidak menyenangkan. Siswa yang belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan, nilai yang baik itu mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan positif). Sebaliknya, siswa yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, sehingga mendorongnya untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang jelek dan takut tidak naik kelas bias juga mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan negatif).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
8. Prinsip Perbedaan Individual<br />
Perbedaan individual berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Perbedaan tersebut terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.<br />
Umumnya pembelajaran yang bersifat klasikal mengabaikan perbedaan individual siswa karena pada pembelajaran secara klasikal, siswa dilihat sebagai individu dengan kemampuan rata-rata. Untuk itu pembelajaran secara klasikal diupayakan menggunakan metode dan media secara bervariasi sehingga dapat memenuhi karakteristik siswa. Selain itu, tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa, sehingga siswa yang pandai, sedang dan kurang akan merasakan berhasil di dalam belajar.<br />
<br />
B. Omplikasi Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran<br />
Implikasi prinsip-prinsip pembelajaran bagi siswa dan guru, tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Namun, perlu disadari bahwa implementasi prinsip-prinsip pembelajaran bagi siswa dan guru, tidak semuanya terwujud dalam setiap proses pembelajaran.<br />
<br />
1. Prinsip Perhatian<br />
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa diharapkan selalu melatih indranya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran.<br />
Guru sebagai penyelenggara dan pengelola kegiatan pembelajaran, diupayakan untuk membangkitkan perhatian siswa dengan menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan.<br />
Implikasi prinsip perhatian guru tertampak pada perilaku-perilaku sebagai berikut:<br />
a. Guru menggunakan metode secara bervariasi.<br />
b. Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan.<br />
c. Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton.<br />
d. Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction question).<br />
2. Prinsip Motivasi<br />
Implikasi prinsip motivasi bagi siswa disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus. Siswa dapat melakukannya dengan menentukan atau mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapi secara positif pujian atau dorongan dari orang lain, menentukan target atau sasaran penyelesaian tugas belajar dan perilaku sejenis lainnya.<br />
Implikasi prinsip motivasi bagi guru yang tertampak pada perilaku-perilakunya<br />
adalah:<br />
a. Memilih bahan ajar sesuai minat siswa.<br />
b. Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa.<br />
c. Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya kepada siswa.<br />
d. Memberikan pujian verbal atau non-verbal terhadap siswa yang memberikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan.<br />
e. Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa.<br />
3. Prinsip Keaktifan<br />
Prinsip Keterlibatan Siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk itu pembelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan siswa lebih lanjut menuntu keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.<br />
Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten, 1998 : 224). Hal ini berarti pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, guru dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut:<br />
a. Menggunakan multimetode dan multimedia.<br />
b. Memberikan tugas secara individual dan kelompok.<br />
c. Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang).<br />
d. Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas, serta<br />
e. Mengadakan tanya jawab dan diskusi.<br />
<br />
4. Prinsip Keterlibatan Langsung<br />
Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langusng bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi di depan kelas dan perilaku sejenis lainnya. Perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.<br />
Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik, mental emosional dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran, maka guru hendaknya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran. Perilaku sebagai inplikasi prinsip keterlibatan langusng/berpengalaman diantaranya adalah:<br />
a. Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual dan kelompok kecil.<br />
b. Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi.<br />
c. Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa.<br />
d. Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan gerakan psikomototik yang dicontohkan.<br />
e. Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau luar sekolah.<br />
f. Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran.<br />
Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.<br />
5. Prinsip Pengulangan<br />
Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan.Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip pengulangan diantaranya adalah mennghapal unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal latihan, menghapal nama-nama latin tumbuhan, atau menghapal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.<br />
Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan karena tidak semua pesan pembelajaran membutuhkan pengulangan. Pengulangan terutama dibutuhkan oleh pesan-pesan pembelajaran yang harus dihapalkan secara tetap tanpa ada kesalahan sedikit pun. Pengulangan juga diperlukan terhadap pesan-pesan pembelajaran yang membutuhkan latihan. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan adalah:<br />
a. Merancang pelaksanaan pengulangan.<br />
b. Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan.<br />
c. Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang.<br />
d. Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan, dan<br />
e. Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi.<br />
6. Prinsip Tantangan<br />
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntunan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan. Siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.<br />
Apabila guru menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan, maka guru harus memberikan tantangan pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan dan alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan adalah:<br />
a. Implikasi dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukannya secara individual atau dalam kelompok kecil (3-4 orang)<br />
b. Memberikan tugas kepada siswa untuk memecahkan masalah yang membutuhkan informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber informasi.<br />
c. Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai disajikan.<br />
d. Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, hand out, modul dan lainnya) yang memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan di dalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara detail tanpa memberikan kesempatan siswa mencari dari sumber lain.<br />
e. Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip dan generalisasi sendiri.<br />
f. Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan masalah-masalah yang disajikan dalam topik diskusi.<br />
<br />
7. Prinsip Balikan dana Penguatan<br />
Untuk memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa di antaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil belajar yang jelek.<br />
Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran harus dapat menentukan bentuk, cara serta kapan balikan dan penguatan diberikan.Agar balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa. Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:<br />
a. Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah dijawab siswa secara benar ataupun salah.<br />
b. Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa pada waktu yang telah ditentukan.<br />
c. Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, klipping pekerjaan rumah), berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja pembelajaran.<br />
d. Membagikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai skor dan catatan-catatan bagi pebelajar.<br />
e. Mengumumkan atau mengkonfirmasikan peringkat yang diraih setiap siswa berdasarkan skor yang dicapai dalam tes.<br />
f. Memberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru.<br />
g. Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas.<br />
<br />
<br />
8. Prinsip Perbedaan Individual<br />
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri.<br />
Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada tiap siswa. Guru harus mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik mereka orang per orang. Implikasi prinsip perbedaan individual bagu guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:<br />
a. Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya.<br />
b. Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran.<br />
c. Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan, dan<br />
d. Memberikan remediasi ataupun penanyaan kepada siswa yang membutuhkan.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB III<br />
PENUTUP<br />
A. Kesimpulan <br />
Berdasarkan hasil pembahasan yang ada, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:<br />
1. Prinsip-prinsip belejar dan pembelajaran yaitu perhatian, motivasi, keaktifan, keterlibatan, balikan, penguatan dan perbedaan individual.<br />
a. Prinsip perhatian, perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar, dari kajian teori belajar dan pengolahan informasi. Terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar<br />
b. Prinsip motivasi, motivasi mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar karena motivasi berkaitan dengan tujuan<br />
c. Prinsip keaktifan, Belajar adalah berbuat untuk mengubah perilaku. Tidak ada belajar kalau tidak ada keaktifan.<br />
d. Prinsip keterlibatan, Dalam belajar melalui pengamatan langsung, siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi harus menghayati, berbuat dan bertanggung jawab terhadap hasilnya<br />
2. Implikasi beberapa prinsip belajar dan pembelajaran, yaitu<br />
a. Prinsip perhatian. Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah kea rah pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa diharapkan selalu melatih indranya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran<br />
b. Prinsip motivasi. Implikasi prinsip motivasi bagi siswa disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus.<br />
c. Prinsip keaktifan. Implikasi prinsip keaktifan siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.<br />
<br />
B. Saran<br />
Saran kami sebagai penyusun makalah ini adalah agar makalah ini dapat dijadikan bahan belajar untuk kita semua, guna untuk menambah pengetahuan kita mengenai Belajar dan Pembelajaran, sehingga kelak kita dapat menjadi guru yang professional.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. <br />
<br />
http://uwi.aaezha.com/prinsip-prinsip-pembelajaran<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR ISI<br />
<br />
KATA PENGANTAR i<br />
DAFTAR ISI ii<br />
<br />
BAB I PENDAHULUAN<br />
<br />
A. Latar Belakang 1<br />
B. Rumusan Masalah 1<br />
C. Tujuan 2<br />
<br />
BAB II PEMBAHASAN<br />
A. Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran ……………………………………………………… 3<br />
B. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran 6<br />
<br />
BAB III PENUTUP<br />
A. Kesimpulan 14<br />
B. Saran 15<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA 16<br />
<br />
<br />
<br />
KATA PENGANTAR<br />
<br />
Assalamu’alaikum wr.wb.<br />
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini mengenai Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran serta Implikasinya. Ucapan terimakasih tak lupa kami tujukan kepada keluarga dan rekan-rekan kami yang telah menyumbangkan tenaga dan pikiran dalam proses penyusunan makalah ini.<br />
Dalam penulisan makalah ini, kami menyajikan dua sub pokok materi yaitu prinsip-prinsip belajar dan pembelajarn serta implikasinya. Penysunannya dilakukan secara mendetail, dan menyeluruh, sehingga mudah untuk dipahami. <br />
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, karena keterbatasan kami sebagai manusia biasayang tak luput dari kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan masukan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Wassalam.<br />
<br />
Kendari, 6 Maret 2011<br />
<br />
penyusunCATATAN RACHMAhttp://www.blogger.com/profile/09113858948921751442noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4668963307109855061.post-38600910923493467372011-03-28T05:28:00.000-07:002011-03-28T05:28:58.064-07:00TEKNIK MEMBUAT AWETAN BASAH DAN AWETAN KERING<!--[if !mso]> <style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves>false</w:TrackMoves> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit di temukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau kering. untuk awetan kering, tanaman diawetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ dalamnya. Awetan basah, baik untuk hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4%.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Cara Pembuatan Awetan Kering</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Awetan pada tumbuhan <br />
a. Membuat Herbarium</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 45pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Awetan kering tumbuhan disebut herbarium, alat dan bahan yang digunakan yaitu: </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 63pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>1)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">karton/duplek</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 63pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>2)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">kertas Koran</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 63pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>3)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">sasak dari bambu/tripleks</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 63pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>4)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">sampel tanaman</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 63pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>5)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">alat tulis</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 58.5pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 45pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Cara pembuat herbarium yaitu sebagai berikut:</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>1)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jika memungkinkan, kumpulkan tumbuhan secara lengkap, yaitu akar, batang, daun dan bunga. Tubuhan berukuran kecil dapat diambil seluruhnya secara lengkap. Tumbuhan beukuran besar cukup diambil sebagian saja, terutama ranting, daun, dan jika ada, bunganya.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>2)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Semprotlah dengan alcohol 70% untuk mencegah pembusukan oleh bakteri dan jamur. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>3)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sediakan beberapa kertas Koran ukuran misalnya 32× 48 cm. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>4)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Atur dan letakkan bagian tumbuhan diatas Koran. Daun hendaknya menghadap ke atas dan sebagian menghadap ke bawah terhadap kertas Koran tersebut. Agar posisinya baik,dapat dibantu dengan mengikat tangkai/ranting dengan benang yang dijahitkan ke kertas membentuk ikatan.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>5)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tutup lagi dengan Koran. Deikian seterusnya hingga kalian dapat membuat beberapa lembar. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>6)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Terakhir tutup lagi dengan Koran, lalu jepit kuat-kuat dengan kayu/bamboo, ikat dengan tali. Hasil ini disebut specimen. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>7)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Simpan selama 1-2 minggu ditempat kering dan tidak lembab. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Catatan: </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 76.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a) Di udara lembab, specimen dijemur dibawah terik matahari atau didekat api. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 76.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b) Secara periodic gantilah kertas Koran yang lembab/basah dengan yang kering beberapa kali. Kertas yang lembab dapat dijemur untuk digunakan beberapa kali. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 76.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c) Jangan menjemur dengan membuka kertas Koran yang menutupinya. Menjemur specimen tidak boleh terlalu lama sebab proses pengeringan yang terlalu cepat hasilnya kurang baik.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 76.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d) Jika telah kering, ambil specimen tumbuhan dan tempelkan di atas kertas karton ukuran32 <span style="letter-spacing: 2.9pt;">×</span> 48 cm. Caranya harus pelan-pelan dan hati-hati. Bagian-bagian tertentu dapat diisolasi<span style="letter-spacing: 2.9pt;"> </span>agar dapat melekat pada kertas herbarium. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 76.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">e) Buatlah tabel yang memuat: nama kolektor, nomor koleksi (jika banyak), tanggal,nama specimen (ilmiah, daerah), nama suku/famili dan catatan khusus tentang bunga, buah atau ciri lainnya.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 76.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">f) Tutup herbarium dengan plastic. g) Jika disimpan, tumpukan herbarium harus diberi kapur barus (kamfer)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Awetan yang telah dibuat kemudian dimasukkan dalam daftar inventaris koleksi. Pencatatan dilakukan kedalam field book/collector book. sedangkan pada herbarium keterangan tentang tumbuhan dicantumkan dalam etiket. Dalam herbarium ada dua macam etiket, yaitu etiket gantung yang berisi tentang; nomer koleksi, inisial nama kolektor, tanggal pengambilan spesimen dan daeran tingkat II tempat pengambilan (untuk bagian depan) dan nama ilmian spesimen (untuk bagian belakang).</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada etiket tempel yang harus dicantumkan antara lain; kop( kepala surat) sebagai pengenal indentitas kolektor/lembaga yang menaungi, (No)nomer koleksi,(dd)tanggal ambil, familia, genus, spesies, Nom. Indig(nama lokal), (dd) tanggal menempel, (determinasi)nama orang yang mengidentifikasi spesimen itu, (insula) pulau tempat mengambil, (m. alt) ketinggian tempat pengambilan dari permukaan air laut, (loc) kabupaten tempat pengambilan, dan (annotatione) deskripsi spesimen tersebut.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Awetan pada hewan</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: 9pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Taksidermi adalah hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat dikuliti. Pada pembuatan taksidermi, hewan dikuliti, organ-organ dalam dibuang, untuk selanjutnya dibentuk kembali seperti bentuk aslinya. Ewan-hewan vertebrata yang sering dibuat taksidermi misalnya berbagai jenis mamalia, kadal atau reptil, dsb. Taksidermi seringkali dipergunakan sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata, juga menunjukkan berbagai macam ras yang dimiliki suatu spesies. Selain itu, tentu saja taksidermi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran biologi.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: 9pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Alat dan bahan yang diperlukan antara lain: (1) bak bedah; (2) alat-alat bedah seperti gunting dan pinset; (3) alat-alat dan bahan pembius misal kloroform dan sungkup; (4) kawat, benang, kapas, dan jarum jahit; (5) zat pengawet seperti boraks atau tepung tawas, formalin; (6) air.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Cara pembuatan taksidermi adalah sebagai berikut.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Potong otot-otot paha dan pisahkan tulang paha dari persendian dan pangkal paha, keluarkan bagian ini.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Potonglah otot-otot pada tumit, keluarkan jaringan lunak pada telapak kaki dengan jalan mengirisnya. Keluarkan semua bagian kaki lainnya yang masih tertinggal di dalam kulit.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ulangi langkah pertama dan kedua di atas untuk bagian tangan, dan ekor.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Untuk bagian kepala, lepaskan kulit secara hati-hati, sertakan telinga, kelopak mata pada kulit. Jaga jangan sampai robek. Potonglah tulang rawan hidung dan biarkan melekat pada kulit.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Potonglah bagian kepala dan leher, bersihkan bekas-bekas otak dengan cara menyemprotkan air.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>f.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Balikkan kulit dan bersihkan dari sisa daging dan lemak.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>g.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Basuh bagian permukaan dalam kulit tubuh dengan boraks, demikian pula untuk ekor, kaki, tangan dan tengkorak kepala.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>h.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebagai pengganti mata, gunakan bola mata tiruan. Bentuk tubuh hewan kembali dengan menggunakan kapuk dan kawat, lalu jahit dengan rapi.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>i.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Atur posisi hewan sebagaimana kebiasan hewan sewaktu masih hidup.<br />
Pajang taksidermi pada tempat-tempat yang aman dan terhindar dari serangan serangga, bersih dan kering. Insektisida, atau kamper (naftalen) dapat ditambahkan untuk mencegah serangan jamur. Ada baiknya taksidermi disimpan dalam boks kaca.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kerangka katak yang diawetkan dapat digunakan untuk media pembelajaran macam-macam bentuk tulang. Cara membuat awetan rkering angka katak adalah sebagai berikut:</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Lepaskan semua kulit dan daging dari tulang secara hati-hati. Jangan sampai persendian terputus. Upayakan sebersih mungkin, sampai daging yang melekat pada rangka seminimal mungkin.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Rendam rangka katak dalam bubur kapur. Bubur kapur dapat dibuat dengan melarutkan CaO ke dalam air, dengan menambahkan sedikit KOH.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bila tulang telah bersih, cucilah bubur kapur dari rangka.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Keringkan rangka dan atur posisinya pada suatu landasan yang telah disediakan terlebih dahulu.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pernis rangka katak tersebut, sehingga tampak lebih menarik dan membuat tulang-tulang menjadi lebih awet.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>f.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beri label atau keterangan pada awetan yang sudah jadi tersebut</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Membuat insektarium</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Insectarium adalah sampel jenis serangga hidup yang ada di kebun binatang, atau museum atau pameran tinggal serangga. Insectariums sering menampilkan berbagai jenis serangga dan arthropoda yang mirip, seperti laba-laba, kumbang, kecoa, semut, lebah, kaki seribu, kelabang, jangkrik, belalang, serangga tongkat, kalajengking dan Belalang sembah alat2 dan bahan2nya mungkin belum tercantum, tetapi mungkin ini sangat membantu. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tangkaplah serangga dengan menggunakan jaring serangga. Hati-hati terhadap serangga yang berbahaya. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Matikan serangga dengan jalan memasukkannya ke dalam kantong plastik yang telah diberi kapas yang dibasahi kloroform. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Serangga yang sudah mati dimasukkan ke dalam kantong atau stoples tersendiri. Kupu2 dan capung dimasukkan ke dalam amplop dengan hati2 agar sayapnya tidak patah. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Suntiklah badan bagian belakang serangga dengan formalin 5%. Sapulah (dengan kuas) bagian tubuh luar dengan formalin 5%.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebelum mengering, tusuk bagian dada serangga dengan jarum pentul.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>f.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pengeringan cukup dilakukan di dalam ruangan pada suhu kamar. Tancapkan jarum pentul pada plastik atau karet busa. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>g.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Untuk belalang, rentangkan salah satu sayap ke arah luar. Untuk kupu-kupu, sayapnya direntangkan pada papan perentang atau kertas tebal sehingga tampak indah. Begitu juga capung.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>h.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setelah kering, serangga dimasukkan ke dalam kotak insektarium (dari karton atau kayu). Di dalamnya juga dimasukkan kapur barus (kamper).</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>i.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beri label (di sisi luar kotak) yang memuat catatan khusus lainnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>B.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Cara Pembuatan Awetan Basah</span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Awetan pada tumbuhan</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Berikut ini adalah langkah-langkah untuk membuat media pembelajaran berupa awetan basah tumbuhan lumut.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="line-height: 150%;"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bersihkan kotoran dan tanah dari tumbuhan lumut yang ingin diawetkan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="line-height: 150%;"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Siapkan larutan fiksatif dengan komposisi: (1) asam asetat glasial sebanyak 5 ml; (2) formalin sebanyak 10 ml; (3) etil alkohol sebanyak 50 ml. Selanjutnya untuk mempertahankan warna hijau lumut, dapat pula ditambahkan ke dalam larutan fiksatif tadi larutan tembaga sulfat dengan komposisi: (1) tembaga sulfat 0,2 gram; dan (2) aquades sebanyak 35 ml.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="line-height: 150%;"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Matikan lumut dengan merendamnya ke dalam larutan fiksatif yang telah ditambahkan larutan tembaga sulfat tadi. Biasanya diperlukan 48 jam perendaman.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="line-height: 150%;"><span>d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Siapkan tempat berupa botol penyimpanan yang bersih, kemudian isi dengan alkohol 70% sebagai pengawetnya.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="line-height: 150%;"><span>e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Masukkan lumut yang telah siap tadi dalam botol penyimpanan, atur posisinya sehingga mudah diamati.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="line-height: 150%;"><span>f.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Buatkan label berupa nama spesies lumut tanpa mengganggu pengamatan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="line-height: 150%;"><span>g.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Awetan basah tumbuhan lumut siap digunakan. Secara berkala atau bila perlu, misalnya larutan menjadi keruh atau berkurang, gantilah dengan larutan pengawet yang baru secara hati-hati.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Awetan pada hewan</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Berikut ini langkah-langkah membuat awetan basah.</span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 5pt 76.5pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Siapkan spesimen yang akan diawetkan.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 76.5pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 76.5pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah diencerkan.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 76.5pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span>d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Tutup rapat botol dan kemudian diberi label yang berisi nama spesimen tersebut dan familinya.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt;">SUMBER</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><a href="http://mediapendidikanok.blogspot.com/2010/11/pengawetan-hewan-dengan-taksidermi.html"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">http://mediapendidikanok.blogspot.com/2010/11/pengawetan-hewan-dengan-taksidermi.html</span></a><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Tanggal akses: 22 Maret 2011</span></div><div class="MsoNormal"><a href="http://suhadinet.wordpress.com/2009/08/07/cara-membuat-taksidermi-awetan-kering-hewan/"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">http://suhadinet.wordpress.com/2009/08/07/cara-membuat-taksidermi-awetan-kering-hewan/</span></a><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Tanggal akses: 22 Maret 2011</span></div><div class="MsoNormal"><a href="http://www.riobelajar.co.cc/2010/10/pembuatan-herbarium.html"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">http://www.riobelajar.co.cc/2010/10/pembuatan-herbarium.html</span></a><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Tanggal akses: 22 Maret 2011</span></div><div class="MsoNormal"><a href="http://suhadinet.wordpress.com/2009/08/27/cara-membuat-awetan-basah-tumbuhan-lumut/"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">http://suhadinet.wordpress.com/2009/08/27/cara-membuat-awetan-basah-tumbuhan-lumut/</span></a><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Tanggal akses: 22 Maret 2011</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>CATATAN RACHMAhttp://www.blogger.com/profile/09113858948921751442noreply@blogger.com6